Bagi-bagi Tunjangan Hari Raya (THR) untuk keluarga dan kerabat merupakan salah satu kebiasaan yang dilakukan kala lebaran tiba. Kebiasaan ini bahkan sudah menjadi budaya di Indonesia. Pemberian THR juga menumbuhkan bisnis penukaran uang lama dengan uang baru. Bahkan Bank Indonesia menyediakan puluhan Milyar uang baru untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Djoko Adi Prasetyo pakar antropologi Universitas Airlangga, di Surabaya mengakui budaya THR di Indonesia berasal dari budaya timur tengah yang diadopsi oleh masyarakat Indonesia.
“Beberapa catatan sejarah Kerajaan Mataram Islam, pada abad ke-16 hingga ke-18, para raja dan bangsawan biasa memberikan uang baru sebagai hadiah kepada anak-anak para pengikutnya saat Idulfitri. Hadiah uang baru tersebut diberikan sebagai bentuk rasa syukur atas keberhasilan mereka dalam menyelesaikan ibadah puasa selama sebulan penuh,” papar Djoko, Jumat (5/4/2024), dikutip Antara.
Djoko kemudian menjelaskan, budaya THR pertama kali muncul pada era kabinet Soekiman Wirjosandjojo dari Partai Masyumi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan aparatur negara. Hingga saat ini masyarakat masih mempertahankan tradisi memberikan uang baru sebagai bentuk kasih sayang dan persaudaraan antar anggota keluarga.
Selanjutnya, muncul fenomena perubahan kebiasaan berbagi THR mengunakan uang elektronik. Menurut Djoko, meskipun THR dibayar dengan uang elektronik, itu tetap memiliki makna yang sama seperti simbol kebersihan, ucapan terima kasih, rasa hormat, rasa bangga karena dapat berbagi, dan rasa bersyukur.
“Kita juga harus paham bahwa budaya itu tidak abadi, selama budaya itu masih ada msyarakat pendukungnya maka budaya itu akan tetap Lestari, demikian sebaliknya, apabila masyarakat pendukung budaya tersebut sudah tidak mendukung lagi, maka budaya itu akan terkikis dan bahkan musnah,” tutur Djoko. (fan/ant)