“Ajang ini tidak hanya menjadi media pendidikan intelektual, melainkan juga menanamkan pendidikan karakter yang berlandaskan ilmu agama. Sehingga harapannya Sumber daya Manusis (SDM) kita tidak hanya cerdas intelektual, namun juga memiliki kecerdasan moral,” ujar Wali kota Ika.
Perpaduan keduanya tentu sangat penting dalam rangka membangun bangsa, agar kedepan lebih maju dan berdaya saing. Sebab itu, dalam penyelenggaraannya pun tidak hanya menjadi tugas Pondok Pesantren (Ponpes)/Madrasah Diniyah (Madin), melainkan juga perlu sinergi dari Pemkot dan Kemenag.
“Di ajang ini bukan sekadar perlombaan untuk predikat juara atau mendapat hadiah. Tapi esensinya adalah pengamalan dalam sehari-hari,” tegas Ning Ita.
Sebagai informasi, MQK adalah ajang perlombaan membaca, menerjemahkan sekaligus menjelaskan kandungan kitab kuning. Peserta merupakan umum dari berbagai pondok pesantren atau madrasah diniyah di Kota Mojokerto.
Tujuan penyelenggaraan lomba kali ini sebagai upaya untuk memperkokoh kultur akademik keilmuan Islam, terutama terkait kajian kitab kuning. Sebagaimana diketahui, kitab kuning termasuk sumber literatur keilmuan Islam, dengan diversifikasi pembahasan yang beragam, mulai dari hal yang mendasar hingga persoalan prinsipil seperti dogma, hukum Islam hingga ketatanegaraan.
Penyelenggaraanya kali ini terbagi dalam beberapa cabang lomba dengan lokasi yang berbeda. Terdapat MQK Safinatun Najah yang digelar di Aula Kantor Kemenag, Jalan Bhayangkara, Lomba Kreatifitas Lalaran Nadhom Aqidatul Awam bertempat di Aula Ponpes Miftahul Hikmah, Jl. Pesantren, Kemasan.
Serta MQK Fathul Qarib dan Olimpiade Aswaja Pondok Pesantren, yang penyelenggaraan keduanya bertempat di Gedung PCNU, Jl. Suromulang, Surodinawan.