Era digitalisasi mempermudah segala akses positif dan negatif dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu masyarakat membutuhkan suatu penyeimbang dan salah satu caranya adalah melalui pengajian seperti pengajian rutin yang digelar oleh Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadien.
“Pengajian-pengajian seperti ini akan menjadi penyeimbang khususnya di era keterbukaan informasi. Era digital yang saat ini sudah tudak ada batas, semua bisa didapatkan hanya dari handphone. Mau maksiat bisa mau hal yang baik juga bisa, semua sudah tidak ada batasnya,” kata Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari yang hadir dalam pengajian rutin Senin malam Selasa di Ponpes Hidayatul Mubtadi’ien, Kedungkwali VII, Kota Mojokerto pada Senin (3/7) malam.
Sosok yang akrab disapa Ning Ita tersebut juga berpesan meskipun untuk mengaji bisa dilakukan melalui gadget, namun tetap harus bisa memilih mana yang benar dan melalui pengajian secara langsung dengan guru-guru bisa menjadi penyeimbangnya.
“Boleh mengaji lewat gadget tetapi dilihat dulu yang mengaji itu siapa. Yang kita dengarkan itu adalah guru dengan sanad yang jelas. Nah ini penting majelis-majelis seperti ini sebagai penyeimbang di era keterbukaan informasi,” pesan Ning Ita.
Masih berkaitan dengan pendidikan beragama, Ning Ita menyampaikan bahwa Pemerintah Kota Mojokerto memiliki sebuah program untuk menanamkan pendidikan karakter kepada para generasi penerus bangsa yang ada di Kota Mojokerto melalui program Ning Ita di Sekolah.
“Kita mencoba sedikit mewarnai melalui pendidikan karakter sejak dini. Programnya kami beri nama Ning Ita di Sekolah, ‘Peningkatan Iman dan Taqwa di Sekolah’. Ada 45 menit sebelum jam pelajaran sesuai kurikulum kita hadirkan guru aqma, guru TPQ, kalau yang non muslim ya guru gereja,” terangnya.
Sebagai informasi pengajian rutin ini sudah terlaksana sejak Ponpes Hidayatul Mubtadi’ien didirikan pada sejak 20 September 2002. (inf/mjf/may)