Wujudkan Lansia Mandiri dan Tekan Angka Stunting, Bupati Mojokerto Terus Gulirkan Program “Sehati dan Sejoli”

Sebagai upaya dalam menurunkan angka stunting dan wujudkan lanjut usia (Lansia) mandiri, Ikfina Fahwamati Bupati Mojokerto terus menggulirkan program Selasa Sehat turunkan Stunting, AKB, dan AKI (SEHATI) dan Selasa Sehat Jaga Lansia Mandiri (SEJOLI).

Pada pelaksanaan program SEHATI dan SEJOLI kali ini, orang nomor satu dilingkup Pemkab Mojokerto sasar ibu-ibu hamil dan Lansia Desa Kweden Kembar.

Berlangsung di Pendopo Desa Kweden Kembar, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto, pada Selasa (30/1) pagi, Bupati Ikfina juga menyerahkan alat Antropometri yang didampingi oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto dr. Ulum Rokhmat, Kepala Puskesmas Gayaman, jajaran Forkopimca Mojoanyar.

Dalam arahannya, Bupati Ikfina mengimbau, untuk mewujudkan lansia mandiri, maka para lansia diharapkan dapat rutin datang ke posyandu setiap bulannya untuk mengecek kesehatannya.

“Karena ketika lansia tidak dijaga kesehatannya, akan terjadi darah tinggi, kencing manis, kolesterol tinggi, trigliserida tinggi, asam urat tinggi, hal itu membuat kaki kesemutan dan dapat menghalangi aktifitas sehari-hari,” jelasnya.

Adapun beberapa pengecekan kesehatan di posyandu untuk lansia, mulai dari cek tekanan darah, kolesterol, dan gula darah. Selain itu, agar Lansia bisa terhindar dari berbagai penyakit Bupati Ikfina juga berpesan, agar para lansia bisa sabar dan dapat mengendalikan pikirannya.

“Bagaimana agar tekanan darah tidak naik, maka lansia itu harus bisa mengendalikan pikirannya. Bukannya tidak boleh berpikir, tapi jangan sampai jengkel. Karena yang membuat darah naik itu jengkel, bukannya mikir. Dijalani saja dengan senyuman,” bebernya.

Sementara itu, terkait stunting, Bupati Ikfina juga menekankan, bahwa balita di Kabupaten Mojokerto harus terbebas dari stunting, karena hal tersebut dapat berdampak pada kecerdasannya ketika dewasa menurun hingga 20 persen dibawah rata-rata.

Lanjut Ikfina, ada dua hal yang menyebabkan balita stunting yakni kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Maka untuk menanggulangi terjadinya stunting di dalam kandungan, para ibu hamil juga harus memenuhi gizinya.

“Agar ibu hamil nanti anaknya tidak stunting, maka ibunya juga tidak boleh kekurangan gizi. Ibu hamil yang kurang gizi biasanya ditandai dengan lingkar lengan yang lebarnya kurang dari 23,5 cm. Dan supaya ibu-ibu tidak kurang gizi maka harus makan dan tidur dengan teratur,” ungkapnya.

Bupati Ikfina juga mengatakan, setelah melahirkan para ibu harus memberikan ASI eksklusif selama usia 6 bulan, karena dengan memberikan ASI eksklusif dapat memenuhi gizi bayi,  sehingga dapat mencegah terjadinya stunting pada bayi.

“Begitu lahir bayi harus diberi ASI eksklusif sampai dengan usia 6 bulan, baru diberi makanan pendamping ASI sampai usia 2 tahun, ” ujarnya.

Terkait makanan pendamping ASI, orang nomor satu dilingkup Pemkab Mojokerto menjelaskan, untuk memenuhi gizi balita para orang tua juga wajib memberikan makanan zat pembangun seperti telur, ayam, ikan, daging, dan susu.

“Untuk menekan stunting, anak-anak harus cukup gizi agar sehat dan tidak sakit berulang. Sebisa mungkin anak usia dibawah 2 tahun harus diusahakan ASI. Waktu terbaik memaksimalkan pertumbuhan otak anak itu dimulai dari bayi sampai dengan 5 tahun. Ini semua dapat diwujudkan apabila anak cukup gizi,” pungkasnya. (dskm/gk/mjf)

Pedagang Tambah Stok Buah di Tengah Meningkatnya Permintaan Saat Ramadan

Baca juga :