Ikfina Fahmawati Bupati Mojokerto menghadiri Sarasehan Jaminan Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan Olahan Berbahan Dasar Sorgum. Agenda yang diinisiasi Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) itu dilaksanakan sebagai bentuk pengawalan Diversifikasi Pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia.
Sarasehan Jaminan Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan Olahan Berbahan Dasar Sorgum itu berlangsung di Hotel Ayola Sunrise, Kota Mojokerto, Kamis (2/11) siang.
Ikfina Fahmawati Bupati Mojokerto mengatakan, jika komoditas Sorgum ini memiliki potensi yang besar untuk dibudidayakan. Terlebih tanaman ini dipercaya memiliki ketahanan lebih dalam kondisi yang terik. “Ini juga solusi terlebih saat ini kita masih dilanda El Nino dan cuaca panas ekstrim,” tuturnya.
Menurut Ikfina, komoditas Sorgum ini lebih cocok ditanam di wilayah Kabupaten Mojokerto sebelah utara sungai. Sebab, tanaman ini tidak membutuhkan air yang banyak hal itu cocok dengan kondisi tanah di utara sungai. “Karena tanaman ini irit air, bahkan bisa panen tiga kali dalam satu tahun,” ujarnya.
Meski begitu, masyarakat Kabupaten Mojokerto masih banyak yang belum mengenal komoditas Sorgum. Ikfina berharap dengan sarasehan ini bisa membuat masyarakat lebih mengenal komoditas Sorgum dan dapat menjadi alternatif bahan pangan pokok padi.
“Kita juga terus mengkampanyekan makanan beragam, saya juga sudah mengeluarkan SE-nya. Kita berharap Sorgum ini bisa menjadi alternatif menggantikan nasi,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala BPOM Penny K. Lukito mengatakan, sarasehan ini digelar untuk memadukan pengembangan diversifikasi sorgum dari hulu ke hilir. Selain itu, kegiatan ini untuk membangun konvergensi program antar kementerian, dinas, serta pihak swasta.
“Agar semua lebih mengenal Sorgum ini tidak hanya dikonsumsi sebagai pangan segar namun juga dikonsumsi sebagai pangan olahan,” ucapnya.
Hingga saat ini, lanjut Penny, Indonesia masih memberlakukan impor bahan pangan pokok. Impor beras Indonesia sepanjang Januari-Agustus 2023 tercatat sejumlah 1,59 juta ton, sementara untuk komoditas gandum Indonesia juga masih mengimpor sebanyak 11 juta ton setiap tahunnya.
Selain itu, menurut Penny, hadirnya Sorgum ini bisa menjadi alternatif bahan pangan pokok yang memiliki kandungan karbohidrat rendah dan bebas gluten. “Tanaman sorgum sangat baik untuk dibudidayakan sebagai bahan pangan,” tuturnya.
Penny juga mengajak para pelaku usaha pangan olahan untuk memanfaatkan sorgum sebagai bahan baku pangan olahan. BPOM siap untuk melakukan bimbingan teknis dan pendampingan kepada para pelaku usaha terutama usaha mikro kecil (UMK) yang memproduksi produk olahan sorgum. Pendampingan itupun nantinya ia lakukan melalui bimbingan teknis Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB).
“Jadi peserta diberikan materi terkait keamanan pangan, pelabelan, informasi nilai gizi, dan bahan tambahan pangan olahan. Diharapkan setelah mengikuti bimtek, peserta sebagai entrepreneur pangan dapat menerapkan aspek keamanan pangan di setiap rantai pengolahan hingga distribusi produk pangan,” pungkasnya. (dskm/gk/mjf)