Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur (Jatim) terbilang tinggi secara nasional menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), yang mencapai 4,19 juta orang.
Untuk menekan angka itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim menggencarkan intervensi melalui program bantuan di kantong-kantong kemiskinan.
Mohammad Yasin Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jatim mengutarakan, kantong kemiskinan di provinsi ini tersebar di wilayah Pulau Madura, dan Tapal Kuda yang meliputi sebagian timur Kabupaten Pasuruan, Kabupaten dan Kota Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo, Bondowoso, dan Kabupaten Banyuwangi. Kemudian, di Kabupaten Bojonegoro, Malang, dan Lamongan.
“Selama program Ibu Gubernur di Nawa Bhakti Satya beliau, skala prioritasnya menyasar di kantong kemiskinan. Baik itu terkait program bantuan sosial, pengurangan beban, peningkatan pendapatan. Itu kita arahnya ke kantong kemiskinan,” kata Yasin waktu ditemui di Gedung Negara Grahadi, seperti yang dilansir dari suarasurabaya.net, Kamis (20/7/2023).
Meski kemiskinan di Jatim masih tinggi, namun menurutnya angka orang miskin di Jatim turun dibandingkan per akhir September 2022 yang mencapai 4,24 juta penduduk.
Menurut catatan BPS Jatim, dari 4,24 juta orang pada September 2022, penduduk miskin Jatim turun 47,7 ribu orang pada Maret 2023, menjadi 4,19 juta orang.
Kata Yasin, masih tingginya angka kemiskinan di provinsi yang dipimpin Khofifah Indar Parawansa ini karena jumlah kepadatan penduduk di sini juga tinggi, kalau dibandingkan provinsi lain.
“Jadi ya otomatis dari sisi jumlah tinggi pasti jumlahnya (kemiskinan) tinggi. Tapi kalau dari segi prosentase kita di ranking 15 (penurunan kemiskinan). Jadi ranking 15 dari 44 provinsi, berarti kita kan sudah di atas rata-rata,” imbuh Yasin.
Apabila dihitung secara nasional di lima provinsi di Pulau Jawa dalam tiga tahun terakhir, Yasin menyebut penurunan kemiskinan di Jatim cukup signifikan.
Namun kepadatan penduduk di Jatim yang tinggi sekitar 38 juta jiwa itu masih menjadi PR Pemprov Jatim supaya terus memberi intervensi lewat program bantuan.
“Jadi kontribusi kita dari penurunan nasional tinggi, tapi karena start-nya tinggi jadi kita dari sisi jumlah masih relatif tinggi,” tuturnya.
Sementara itu, Dr. Zulkipli Kepala BPS Jatim sebelumnya bilang komoditas makanan menjadi penyumbang terbesar sebanyak 75,78 persen terhadap garis kemiskinan di Jatim, dan angka tersebut mengalami kenaikan dibanding pada periode sebelumnya pada September 2022.
“Peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan seperti perumahan, bensin, listrik dan lain-lain sebesar 24,22 persen,” tuturnya, Selasa (18/7/2023) lalu.
Kalau dirinci, ada lima komoditas makanan yang memiliki kontribusi terbesar terhadap garis kemiskinan jika dibandingkan pada September 2022 ke Maret 2023.
“Komoditas beras menjadi yang pertama, pada Maret 2023 di angka 20,03 persen, kemudian rokok kretek filter sebesar 12,51 persen, daging ayam ras 3,87 persen, telur ayam ras 3,66 persen dan tahu di angka 2,68 persen, itu semua di perkotaan,” ujar Zulkipli. (ssnet/gk/mjf)