Harga pangan kerap kali melonjak. Nah, menurut Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko ada sejumlah penyebab yang akhirnya mengerek harga pangan.
Pertama, karena cuaca ekstrem, baik itu La Nina dan El Nino. Akibatnya, terjadi gagal panen, sehingga pasokan seret dan mengerek harga pangan.
“Kedua ada konversi energi, konversi energi maka naik harganya itu akan terjadi konversi. Jagung dikonversi jadi ethanol, tepung jadi etanol pasti harganya akan naik,” katanya dalam acara Ketahanan Pangan Melalui Elektrifikasi Agrikultur di The Westin Jakarta, Jakarta Selatan, Rabu (12/7/2023).
Ketiga, kebijakan domestik suatu negara. Ia mencontohkan kebijakan Rusia dan Ukraina yang menyetop ekspor gandum.
“Maka akan mempengaruhi harga global. Kemarin itu belarut ada persoalan domestik oleh Amerika dilarang transaksi maka harga pupuk melambung dua kali lipat lebih. Kita biasanya impor US$ 400 per ton, harganya lebih dari US$ 900,” terang Ketua Umum DPP Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) itu.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo penah mengungkap cuaca ekstrem El Nino akan berdampak pada 78% sampai 80% lahan pertanian di Indonesia. Dampak El Nino terhadap pertanian menurutnya tidak hanya di Indonesia, tetapi di dunia.
“Yang jelas dunia sudah memperingatkan dan Pak Presiden dunia tidak lagi baik-baik, kenapa? El Nino menyerang seluruh dunia dan menghajar dan menghantam lebih dari 70%, di Indonesia 78-80% lahan pertanian,” katanya dalam forum diskusi bertajuk Meskipun El Nino Bisa Panen, Selasa (4/7/2023).
Dalam paparannya, ia mengungkap dampak dari fenomena El Nino bagi Indonesia, pertama kekeringan yang menyebabkan kekurangan air untuk tanaman di Indonesia, gangguan musim tanam, dan menyebabkan penurunan luas tanam serta mengancam gagal panen.
El Nino juga menyebabkan adanya penyakit dan hama tanaman karena perubahan cuaca yang ekstrem. Lalu, menyebabkan penurunan kualitas tanaman, dan ketidakpastian pasar jika panen gagal, pasokan pangan akan berkurang hingga menyebabkan stok berkurang.(gk/maja)