Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto melalui Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Sekretariat Daerah menggelar pembinaan dan pelatihan kepemudaan dalam budidaya maggot sebagai salah satu solusi terhadap permasalahan sampah dan juga bernilai secara ekonomi.
Pembinaan budidaya maggot ini yang menyasar Karang Taruna desa, juga dilaksanakan di tiga Kecamatan yakni di Kecamatan Ngoro, Kecamatan Kemlagi, dan Kecamatan Jetis.
Dalam pelaksanaannya, untuk pertama kalinya sudah dilaksanakan di Kantor Kecamatan Ngoro pada (12/9) lalu, dan untuk saat ini, pelaksanaan keduanya Pemkab Mojokerto menyelenggarakan kegiatan tersebut di Kantor Kecamatan Kemlagi dengan dihadiri sedikitnya 50 Karang Taruna Desa di wilayah Kecamatan Kemlagi.
Dibuka langsung oleh Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati, pelaksanaan pelatihan dan pembinaan budidaya maggot juga dihadiri Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Nunuk Djatmiko, Forkopimca Kemlagi, Ketua Karang Taruna Kabupaten Mojokerto Agus Suprayitno, Ketua Karang Taruna Kecamatan Kemlagi serta Ketua Karang Taruna Desa se-Kecamatan Kemlagi.
“Ini adalah pelatihan yang produktif secara ekonomi ditambah lagi plusnya adalah salah satu bentuk kegiatan produktif yang menjadi salah satu solusi pemecahan masalah terhadap masalah sampah,” jelas Bupati Ikfina, di gedung pertemuan lantai 3, Kantor Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Kamis (15/9) pagi.
Ikfina menambahkan, saat ini sampah menjadi masalah yang cukup serius, pada tahun 2021 kemarin, Pemkab Mojokerto sudah membuka dan menepati Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang baru di desa Karangdieng, karena di TPA sebelumnya yang berada di desa Belahantengah Kecamatan Mojosari sudah over load dalam penampungan sampah.
Bertambahnya volume sampah disetiap tahunnya, Ia juga menjelaskan, pada tahun 2023 Pemkab Mojokerto sudah menganggarkan untuk pembukaan perluasan lahan TPA di Karangdieng, karena lahan yang sudah dipakai sejak tahun 2021 sudah terisi penuh.
“Artinya masalah sampah ini tidak boleh kita biarkan mengalir begitu saja memang harus ditangani secara serius, masalah sampah ini kalau tidak ditangani dari hulu maka nanti akan membengkak di hilir,” ujarnya.
Selain itu, ditemukan banyaknya tumpukan sampah sembarangan baik disungai maupun dipinggir-pinggir jalan, Bupati Ikfina menilai, bahwa kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengolahan sampah masih perlu ditingkatkan lagi.
“Maka kegiatan ini menjadi salah satu penyelesaian terhadap masalah sampah tersebut, maggot ini adalah model budidaya yang betul betul nanti akan memanfaatkan sampah-sampah organik,” bebernya.
Terdapatnya 24 pasar yang tersebar di Kabupaten Mojokerto, Ikfina juga menjelaskan, pasar menjadi penghasil sampah organik yang produktif, dimana kalau sampah tersebut dikumpulkan dan salurkan kepada peternak maggot, maka ini akan menjadi suatu yang bernilai, karena maggot sendiri pun juga bernilai rupiah.
“Disisi yang lain, dunia perikanan kita saat ini termasuk peternakan jenis unggas-unggas tertentu juga sangat membutuhkan keberadaan dari maggot sebagai salah satu sumber dari makanannya, sehingga ini akan menjadi satu siklus dalam ekosistem yang bisa menyeimbangkan ekosistem,” jelasnya.
Selain itu, menurut pemahamannya, budidaya maggot bisa menjadi salah satu upaya dalam menciptakan lapangan pekerjaan, dimana pada saat ini di lingkup wilayah Kabupaten Mojokerto terdapat 632.808 orang dengan kategori angkatan kerja, dan yang sudah bekerja sebanyak 597.775 orang, serta terdapat 35.033 orang yang masih belum bekerja, masuk dalam kategori tingkat pengangguran terbuka.
Ikfina juga mengatakan, tentu 35.033 angkatan kerja tersebut menjadi PR Pemkab Mojokerto, bagaimana angkatan pengangguran terbuka bisa mendapatkan pekerjaan sehingga tingkat angka pengangguran terbuka di Kabupaten Mojokerto bisa berkurang.
Orang nomor satu di lingkup Pemerintah Kabupaten Mojokerto juga menilai, salah satu faktor penyebab adanya pengangguran terbuka adalah mindset para pencari kerja bahwa lapangan kerja itu harus menjadi seorang karyawan di suatu perusahaan, kendati demikian Ikfina juga menjelaskan, lapangan kerja tersebut bisa diciptakan oleh dirinya sendiri.
“Termasuk budidaya maggot, ini tidak perlu untuk kita membuat surat lamaran dan melamar pada perusahaan-perusahaan tertentu, hanya butuh komitmen, kemauan, dan mau bekerja keras,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Nunuk Djatmiko mengatakan, melihat antusiasme peserta yang sangat besar di Kecamatan Ngoro dalam menekuni dunia usaha budidaya maggot kemarin.
Ia mengharapkan, kedepannya pada anggaran tahun 2023 nanti, semakin bertambah banyak kecamatan yang ikut serta dalam pelatihan dan pembinaan budidaya maggot maupun dalam pelatihan-pelatihan lainnya.
“Karena melihat antusiasme dari karang taruna ini sangat menginginkan adanya pelatihan dari Pemerintah Kabupaten Mojokerto khususnya di bidang kewirausahaan,” pungkasnya.