Ditangan orang yang kreatif dan ulet, tanaman eceng gondok yang dikenal sebagai limbah, disulap menjadi barang berharga. Bahkan bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Itulah yang dilakukan Suliadi warga Desa Jeruk Seger, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto. Ditangan pria (44) tahun tanaman yang kerap disebut sebagai limba disulapnya menjadi barang berharga yang bisa digunakan sehari-hari mulai dari tempat tisu, topi, sandal, hingga tas.
Bahkan, saat ini, tas anyaman hasil karyanya sudah melanglang buana di pasar pameran hingga luar Mojokerto.
Suliadi mengaku menggeluti usha berbahan tanaman Enceng gondok ini sejak 2015 yang lalu. Ia berusaha mengolah tanaman yang biasa tumbuh liar di sungai ini menjadi berbagai handicrafts.
“Pembeli terjauh dari Makasar, itu laku saat saya titipkan di galeri Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur. Sejauh ini pembeli terbanyak masih dari Surabaya saja,” ujar Suliadi, Selasa (02/08/2022) siang.
Untuk menghasilkan puluhan jenis hasil karya ini, dirinya sempat mengaku kesulitan dalam beberapa tahun terakhir. Lantaran, saat ini bahan eceng gondok kering sudah mulai sulit didapat di Kabupaten Mojokerto.
Bapak tiga anak ini, harus mendatangkan tanaman bernama ilmiah Eichhornia Crassipes dari Kota Surabaya dengan harga Rp 11.000 per kilogram. Meski harus berebut dengan pengrajin lain dari berbagai wilayah lain.
“Dulu banyak tumbuh liar di sungai brantas Mojokerto, tapi sekarang jarang ada. Kalaupun ada, lompongnya nyusut kalau dikeringkan. Beda dengan eceng gondok Surabaya, lompongnya besar,” bebernya.
Suliadi menyebut, untuk satu kilogram eceng gondok kering, biasanya mampu dijadikan satu buah tas anyam cantik seharga Rp 150 ribu.
“Yang banyak pesanan adalah hampers, kemarin saat puasa ramadan kita sampai kewalahan. Kalau untuk produk anyama lainnya, seperti keranjang pakaian kotor, sandal, tempat tisu, sprei bantal, topi, alas untuk piring dan gelas serta tas pesanannya landai saja,” terangnya.
Selama menjalankan usahanya, dirinya mampu meraup omzet mencapai puluhan juta. Bukan hanya itu, dirinya juga mampu merekrut banyak tenaga kerja untuk dipekerjakan di rumahnya atau bisa di bawa pulang.
Masih kata Suliadi, sebelum mengerjakan orang, ia terlebih dahulu melatih mereka untuk menganyam. Jika sudah fasih, ia mengizinkan mereka untuk mengerjakan di rumahnya masing-masing.
“Tekhniknya gak susah kok, asal serius belajar sehari saja langsung bisa. Saya dulu juga belajar otodidak saat tour ke Jogja, saya beli tas eceng gondok lalu saya pelajari di hotel eh lha kok hasilnya bagus dan laku dijual,” tandasnya. (fad/gk)