Untuk menanggulangi bencana alam yang terjadi di Bumi Majapahit belakangan ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto menggelar evaluasi dan paparan penanganan bencana ‘Hidrometeorologi’, Senin (9/12) pagi di Smartroom Satya Bina Karya (SBK).
Giat evaluasi dan paparan penanggulangan bencana itu melibatkan seluruh Kepala dan pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), termasuk para Camat se-Kabupaten Mojokerto hingga direktur rumah sakit umum daerah (RSUD).
Tampak jalannya evaluasi dan paparan tersebut dipimpin oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Mojokerto Teguh Gunarko, dan turut dihadiri langsung oleh Bupati Ikfina Fahmawati. Melalui arahannya, Bupati Ikfina mengungkapkan apresiasi terhadap kesigapan para OPD dalam menanggulangi bencana, Ia juga berpesan kepada para Kepala OPD agar tetap menjaga komunikasi dan koordinasi untuk mengatasi dampak dari bencana yang terjadi.
“Saya berterima kasih sebesar-besarnya atas respon cepat panjenengan (Kepala OPD) semuanya, yang paling penting kita harus terus berkoordinasi karena kita tidak bisa menyelesaikan ini sendiri, kita harus selalu berkoordinasi dengan pihak-pihak lain, termasuk dengan Pemprov Jawa Timur,” jelasnya.
Sejak memasuki bulan Desember ini, bencana alam kerap terjadi di Kabupaten Mojokerto, seperti tanah longsor, banjir luapan, hingga angin kencang. Oleh karena itu Setdakab Mojokerto Teguh Gunarko yang memimpin jalannya rapat evaluasi, juga menginstruksikan agar para dinas terkait sigap dalam mengatasi potensi bencana kedepannya, hal ini termasuk kerawanan pohon tumbang saat terjadi angin kencang.
“Pemangkasan pohon di daerah Mojosari dan sekitarnya tolong dipercepat, ini sangat rawan tumbang saat angin kencang menerpa,” ujar Teguh.
Selain itu, Teguh Gunarko juga menginstruksikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto agar selalu siap siaga untuk memberikan pertolongan kesehatan bagi warga terdampak bencana. Teguh meminta agar armada mobil pelayanan kesehatan, khususnya di bawah naungan Dinkes dan RSUD dapat dimaksimalkan pada situasi kegawatdaruratan yang mungkin terjadi.
“Saya minta mobil (kesehatan) untuk tetap siaga, Rumah sakit (RSUD) juga,” imbuhnya.
Pada giat yang bernuansa monitoring penanggulangan bencana itu, terdapat beberapa laporan yang dikemukakan oleh dinas-dinas terkait, misalnya dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto. Kepala Pelaksana (Kalaksa) Yoi Afrida, mengatakan bahwa untuk menanggulangi bencana tanah longsor dan banjir luapan yang terjadi di beberapa titik, pihak BPBD telah melakukan beberapa langkah cepat, seperti membuat tanggul darurat dan membersihkan sampah yang terbawa arus.
“Untuk banjir (luapan) dan tanah longsor, BPBD telah membuat tanggul dengan bahan karung pasir dan ‘gedekan’ (anyaman bambu), kami juga membersihkan sampah-sampah yang terbawa arus banjir agar tidak menyumbat arus air kedepannya,” terang Yoi.
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Mojokerto, melalui Kepala Dinas Rinaldi Rizal, juga menambahkan bahwa pada beberapa titik, seperti di desa Tempuran Kecamatan Sooko, Desa Salem Kecamatan Bangsal, dan Desa Jumeneng Kecamatan Mojoanyar, salah satu penyebab meluapnya aliran sungai adalah karena jumlah eceng gondok dan kangkung yang tumbuh tidak terkendali, sehingga menyumbat arus air dan akhirnya meluap, bahkan karena banyaknya jumlah eceng gondok ini, menyebabkan rusaknya infrastruktur jembatan.
“Selain melakukan penanganan dengan ‘sangkrah’, kita juga melakukan pembersihan eceng gondok dan kangkung untuk memperlancar arus sungai, dalam prosesnya kita berkoordinasi dengan BBWS Brantas,” tegas Rinaldi. (dskm/gk/mjf)