Ikfina Fahmawati Bupati Mojokerto mengimbau pentingnya pengaruh kualitas gizi dan kasih sayang, terhadap pembentukan otak manusia sejak awal kelahiran. Sebab, terbentuknya kabel penghubung (dendrit) dalam otak, sangat ditentukan banyaknya rangsangan belajar (stimulasi), serta pengalaman yang diperoleh anak dari lingkungannya.
Hal tersebut disampaikan Bupati Ikfina saat mengisi kuliah tamu PAUD HI Menurut Tinjauan Neurosains dan Nutrisi bersama DPRD Provinsi Jawa Timur Hidayat dan wakil rektor 2 UPN Veteran Jakarta Netti Herawati, pada Selasa (25/6) siang, di Institut Agama Islam Uluwiyah Mojokerto, Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari.
Selain itu, Bupati Ikfina juga menjelaskan, bekal sel-sel otak dan koneksi yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang cabang-cabangnya, bahkan bisa hilang karena kurangnya stimulasi. Bahkan, terdapat penelitian mencatatkan bahwa seorang anak yang kurang kasih sayang dan stimulasi sejak bayi, memiliki perkembangan otak 30% lebih kecil dibanding anak-anak normal yang mendapat kasih sayang berlebih.
“Kalau anak gizinya bagus, stimulasi juga bagus, maka otak juga berkembang bagus dengan korteks lebih banyak, begitu juga dengan emosi dan pengendalian. Maka di usia satu tahun, gizi harus baik, beri mereka kasih sayang berlebih, belai, dan puji mereka. Sebab pertumbuhan otak tidak cukup dengan gizi saja, tapi juga dengan stimulasi,” jelasnya.
Lebih lanjut dalam paparannya, orang nomor satu dilingkup Pemkab Mojokerto juga mengatakan bahwa perilaku manusia terbentuk sesuai “program” yang diberikan lingkungannya. Apa yang direkam oleh otak anak dari seluruh pengalamannya sejak dilahirkan, diasuh, dan dibesarkan akan menjadi sirkuit fungsional jaringan koneksi otak.
Hal ini, dinilai oleh Bupati Ikfina akan mempengaruhi cara berpikir dan perilakunya. Selanjutnya, peran orang tua dalam keluarga mutlak menjadi penentu kualitas diri anak. Tentunya juga, dibarengi dengan sistem pendidikan yang diterima anak sejak usia dini.
Sehingga, dalam pembentukan otak Bupati Ikfina menjelaskan, bisa melalui PAUD Holistik-Integratif (HI), karena hal tersebut, menjadi salah satu upaya pengembangan anak usia dini yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam dan saling terkait secara simultan, sistematis, dan terintegrasi.
“Sejak saya awal jadi bupati, kita terus berproses yakni bagaimana bisa mengawal PAUD di Kabupaten Mojokerto agar menjadi PAUD HI. Kita juga sudah latih semua lembaga mulai playgroup, TK, dan RA, untuk ukur tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, dan lingkar kepala, karena ini berkaitan dengan upaya pencegahan stunting,” tandasnya. (dskm/gk/mjf)