Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto kembali mengadakan audit kasus stunting II tingkat kota, di Ruang Sabha Mandala Madya Balai Kota Mojokerto, Kamis (16/11/2023).
Pada kesempatan ini, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari menekankan pentingnya pelaporan data terkait seluruh kegitan yang telah dilakukan dalam upaya penurunan stunting di Kota Mojokerto.
“Sebagus apapun kita mempunyai invoasi di daerah, jika tidak dilaporkan maka tidak akan diakui punya inovasi oleh pemerintah. Jadi kuncinya ada di laporan,” ucapnya
Ning Ita, sapaan akrab Wali Kota Mojokerto tersebut mengingatkan agar semua data dan kinerja yang telah dilakukan untuk dilaporkan kepada pemerintah pusat.
“Kalau masalah kegiatan sudah bagus tidak perlu saya evaluasi, dan anggaran juga besar bisa dialokasikan sampai di sub kegiatan. Untuk itu pelaporan juga harusnya linier dengan apa yang sudah di ikhtiarkan. Oleh karena itu, betapa pentingnya data pelaporan yang menjadi pengakuan oleh Pemerintah pusat terhadap kinerja kita,” ujarnya.
Ia berharap berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka mewujudkan Kota Mojokerto zero new stunting akan membawa hasil yang signifikan.
“Semoga ikhtiar yang kita upayakan bersama-sama secara konsisten ini menjadikan Kota Mojokerto sebagai Kota zero new stunting dan menurunkan angka stunting secara signifikan senantiasa diberi kemudahan dan kesuksesan,” pungkasnya.
Sementara itu, menurut Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes PPKB) Kota Mojokerto, dr. Farida Mariana, M.Kes diperlukan sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk menekan penurunan stunting di Kota Mojokerto.
“Menuju Kota Mojokerto zero new stunting tentu kita tidak dapat berjalan sendiri, ini akan terus kita upayakan dengan bersinergi dan berkolaborasi,” jelas Farida.
Dilaporkan, menurut SSGI angka stunting di Kota Mojokerto tahun 2022 mencapai 8,4 persen, namun pada data EPPGBM angka stunting Kota Mojokerto di angka 3,12 persen. Sementara, untuk prevalensi stunting di Kota Mojokerto per September 2023 berada di angka 2,26 persen. Yang artinya ada 130 balita pada posisi stunting.
“Sebabnya bermacam-macam, yakni karena pola makan yang belum memenuhi gizi balita, pola asuh, sosial ekonomi yang kurang, dan penyakit penyerta,” terangnya.
Turut hadir dalam kegiatan ini, Sekretaris Daerah Kota Mojokerto, Gaguk Tri Prasetyo, Kepala UPT Puskesmas serta Camat dan Lurah se Kota Mojokerto. (dskm/mjf/gk)