Spotify perusahaan yang berbasis di Stockholm, Swedia dikabarkan bakal melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap sejumlah karyawan pekan ini. Alasan utama Spotify mengurangi karyawan adalah untuk mengurangi biaya operasional.
Melansir The Straits Times, Selasa (24/1), Spotify tidak secara gamblang memberi tahu jumlah karyawan akan akan terkena PHK. Menurut laporan pendapatan kuartal III-2022, raksasa streaming musik itu memiliki sekitar 9.800 karyawan.
Spotify sebelumnya telah memberhentikan 38 orang di studio podcast Gimlet Media dan Parcast, tepatnya pada Oktober 2022. Pada September 2022, Spotify juga memberhentikan sejumlah karyawan editorial podcast.
Perusahaan membuat komitmen besar untuk program siniar sejak 2019 lalu. Hal itu menghabiskan lebih dari US$1 miliar untuk memperoleh jaringan podcast, perangkat lunak pembuatan, layanan hosting, dan hak atas acara populer seperti The Joe Rogan Experience dan Armchair Expert.
Meski demikian, podcasting belum memberikan keuntungan pada investor. Saham Spotify anjlok 66 persen tahun lalu karena investor mempertanyakan kapan mereka akan mulai melihat keuntungan.
Sementara itu, pada Juni 2022, eksekutif Spotify mengatakan lini bisnis podcast baru akan menguntungkan dalam satu hingga dua tahun ke depan.
PHK Spotify kian meramaikan gelombang pemecatan di industri teknologi. Meta Platforms, Amazon.com, induk Google Alphabet Inc, dan Microsoft juga baru-baru ini mengumumkan pengurangan staf.
Alphabet setidaknya 12 ribu orang karyawan atau 6 persen dari total pekerjanya di dunia. Pengumuman disampaikan langsung oleh CEO Alphabet Sundar Pichai melalui surat kepada seluruh pegawai.
“Ini adalah momen penting untuk mempertajam fokus kami, merekayasa ulang basis biaya kami, dan mengarahkan bakat dan modal kami ke prioritas tertinggi kami,” ujar Pichai dikutip dari moneycontrol.com, Jumat (20/1).
Menurutnya, PHK bakal berdampak pada pegawai di bidang perekrutan (HRD) serta beberapa tim teknik dan produk. Pemangkasan bersifat global ini akan berdampak langsung pada staf AS.
Meski demikian, Pichai mengatakan akan bertanggung jawab terhadap pegawai yang terdampak dengan membantu mencari peluang kerja baru. (gk/maja/may)