Sejak pukul 13.00 WIB, warga Kota Mojokerto mulai berdatangan. Masing-masing kompak mengenakan busana muslim bernuansa putih sambil membawa kenduri dengan wadah layah atau gerabah berbentuk seperti piring terbuat dari tanah liat.
“Sejak siang sudah rawuh, berkumpul, melantunkan tahlil, istighosah, selawat, tiada lain hanya ingin mendapatkan keberkahan dalam peringatan maulidur rasul ini,” ujar Wali kota Mojokerto, Ika Puspitasari yang juga hadir membuka acara tersebut.
Selain sebagai bentuk kecintaan terhadap sosok nabi terakhir umat Islam, agenda sore tadi juga sebagai wujud melestarikan budaya yang diyakini sudah ada sejak zaman Majapahit, yang kental dengan corak agama Hindu. Pada masa itu, terdapat sebuah tradisi yaitu membuat sesajen yang diletakkan di layah atau tembikar, berisi bermacam-macam hasil bumi masyarakat.
Selain rangkaian dzikir dan shalawat, dalam kenduri 5000 layah ini juga menghadirkan K.H. Ahmad Muwafiq yang lebih dikenal dengan Kyai Muwafiq atau Gus Muwafiq. Dalam tausiahnya sosok ulama yang sebelumnya pernah ke Kota Mojokerto ini juga memberikan apresiasi atas terselenggaranya event peringatan maulid nabi oleh Pemkot Mojokerto ini.
“Kegiatan seperti ini tidak hanya membentuk persatuan dan kesatuan masyarakat. Kalau dihitung berapa triliun uang berputar. Ini salak laku, jeruk laku, pisang laku, terop laku, penjual layah laku, hampir semua. Nah seperti ini kan menggerakkan roda perekonomian masyarakat,” ujar Gus Muwafiq.