Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto menutup 5 SMP PGRI pada awal tahun ajaran 2022-2023. Kelima sekolah swasta itu ditutup karena tidak memenuhi syarat perpanjangan izin operasional. Salah satunya kekurangan siswa dan tidak mempunyai lahan sendiri.
“Semua kondisinya seperti itu. Semuanya status tanahnya memang bukan atas nama yayasan dan siswanya sangat sedikit, mereka mau dimerger. Yaitu SMP PGRI Gedeg, Trowulan, Mojosari, Dlanggu dan Dawarblandong,” kata Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto, Mujiati kepada detikJatim, Kamis (15/9/2022).
Mujiati menjelaskan SMP PGRI Dawarblandong hanya mempunyai 1 siswa yang sudah dipindahkan ke sekolah lain. SMP PGRI Trowulan 10 siswa, SMP PGRI Gedeg sekitar 28 siswa, SMP PGRI Mojosari sekitar 20 siswa, sedangkan SMP PGRI Dlanggu tidak mempunyai siswa sama sekali.
Semua SMP PGRI di Bumi Majapahit dinaungi Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan Dasar dan Menengah PGRI Jatim Cabang Kabupaten Mojokerto. Sehingga tinggal 3 SMP saja yang masih aktif. Yaitu SMP PGRI Puri, Bangsal dan Ngoro.
“Yang Mojosari diberi kebebasan untuk pindah ke sekolah sekitarnya. Karena di Mojosari banyak SMP swasta. Kalau Gedeg dipindahkan ke SMPI Roudlotul Huda, sedangkan Trowulan dipindahkan ke SMPI Miftahul Khoir,” jelasnya.
Banyaknya SMP PGRI yang gulung tikar di Kabupaten Mojokerto, menurut Mujiati karena masalah kepengurusan Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan Dasar dan Menengah PGRI Jatim Cabang Kabupaten Mojokerto.
“Masalahnya kepengurusan yayasan tidak diurus dengan bagus, kayaknya tidak ada transparansi antar pengurus. Sehingga menimbulkan masalah di lembaga pendidikannya. Tidak ada inovasi-inovasi yang membuat tergilas lembaga pendidikan lainnya,” cetusnya.
Sekretaris Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan Dasar dan Menengah PGRI Jatim Cabang Kabupaten Mojokerto Arief Setyo Wahjudi membenarkan 5 SMP PGRI sudah ditutup sejak awal tahun ajaran 2022-2023. Menurutnya, tidak satu pun sekolah itu yang mempunyai tanah dan gedung sendiri.
Begitu pula SMP PGRI Trowulan di Dusun Tlogogede, Desa/Kecamatan Trowulan. Karena sertifikat hak milik tanah dan gedung sekolah ini atas nama perorangan, bukan atas nama yayasan.
“Malah SMP PGRI yang lain nebeng di SD. Seperti SMP PGRI Dawarblandong, Gedeg dan Dlanggu. Kalau SMP PGRI Mojosari numpang di SMK PGRI Mojosari,” tandasnya.
SMP PGRI Trowulan ditutup karena pengelolanya gagal memperpanjang izin operasional yang berakhir tahun 2021. Faktor utamanya karena sekolah ini kekurangan siswa dan tanahnya milik perorangan. Siswa yang tersisa di tahun ajaran 2022-2023 hanya 9 siswa kelas 9 dan 1 siswa kelas 8.
Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto pun menggabungkan sekolah ini dengan SMP Islam Miftahul Khoir di Desa Beloh, Kecamatan Trowulan sejak awal tahun ajaran 2022-2023. Terdapat 10 siswa dan 3 guru yang dipindahkan ke sekolah tersebut. Namun, tanah dan gedung SMP PGRI Trowulan dijual sejak 2 pekan lalu.
Penjualnya adalah Kasimin, warga Desa Kedungmaling, Sooko, Mojokerto. Pria berusia hampir 80 tahun ini menjadi salah seorang pendiri SMP PGRI Trowulan tahun 1981. Ia juga menjabat kepala sekolah itu tahun 1981-1998.
Kasimin leluasa menjual tanah dan bangunan SMP PGRI Trowulan karena sertifikat hak milik sekolah itu atas nama dirinya. Padahal, uang yang digunakan membeli tanah sekolah di Dusun Tlogogede tersebut sebagian dari iuran para orang tua siswa.