Meskipun atlet di Kota Mojokerto memiliki prestasi gemilang di bidang olahraga, namun belum mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto.
Salah satunya support anggaran pembinaan yang digelontorkan tak sebanding dengan kebutuhan cabang olahraga (cabor).
Tahun ini, pemkot mencairkan dana hibah sebesar Rp 2,5 miliar ke KONI Kota Mojokerto. Jumlah itu stagnan sejak 2019 lalu. Padahal, kebutuhan pembinaan terus meningkat seiring bertambahnya jumlah cabor.
Bahkan, saat ini, KONI menaungi 40 cabor, setelah bertambah tiga cabor dari tahun sebelumnya.
Anggaran tersebut harus dibagi untuk operasional KONI dan kebutuhan pembinaan atlet di seluruh cabor. Tahun ini, masing-masing cabor mendapat alokasi anggaran bervariasi. Tertinggi senilai Rp 100 juta dan terendah Rp 20 juta per cabor.
Praktis dana yang didapat pengurus cabor dirasa tak mencukupi untuk mendukung pembinaan dan pengembangan atlet selama setahun.
”Buat pembinaan 10 atlet dan dua pelatih, untuk mengikuti 2-3 kejuaraan sudah habis. Jadinya banyak pengeluaran mandiri,” ujar salah satu pengurus cabor baru yang mendapat hibah Rp 20 juta dengan sejumlah potongan pajak.
Tidak hanya satu cabor, kekurangan dana juga dikeluhkan sebagian besar pengurus.
”Belum lagi kalau butuh peralatan latihan, dananya dari mana?,” kata pengurus cabor lainnya.
Hal ini tak sebanding dengan raihan prestasi olahraga cabor yang belakangan menunjukkan peningkatan. Lonjakan prestasi paling kentara pada gelaran Porprov VIII Jatim 2023 lalu.
Sebagai salah satu tuan rumah, kontingen kota berhasil finis di peringkat 16 dari 38 kabupaten/kota peserta. Dengan mengoleksi 18 medali emas, 13 perak, dan 25 perunggu.
Prestasi ini meningkat drastis dibanding Porprov VII Jatim 2022 yang hanya berada di posisi ke-34. Capaian tahun lalu juga melebihi target yang dipatok pemkot dan KONI, dengan 15 medali emas.
Keluhan minimnya anggaran atlet dari pengurus cabor pun sampai ke telinga pengurus induk olahraga tersebut.
Sekretaris KONI Kota Mojokerto Bambang Arief Pudji mengakui jika dana hibah yang diberikan pemkot untuk KONI belum cukup memadai. Atas kesadaran itu, KONI mengajukan permohonan tambahan anggaran hibah ke pemkot melalui P-APBD 2024 sebesar Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar.
Menurut Bambang, audiensi terkait hal itu beberapa waktu lalu bersama Pj Wali Kota Mojokerto Moh. Ali Kuncoro dan disporapar di Rumah Rakyat, Kota Mojokerto, hingga kini juga belum ada jeluntrungnya.
”Masih akan dibicarakan di forum tingkat pemda dan DPRD, karena semua melihat kondisi keuangan daerah, kami berharap betul bisa terealisasi,” jelas Bambang.
KONI berharap pemkot menambah anggaran pembinaan cabor. Sebab, dana tersebut akan digunakan untuk kegiatan training center (TC) atlet yang dipersiapkan menghadapi Porprov IX 2025, Malang Raya.
Rencananya porprov mulai digelar pada sementer kedua tahun ini. ”Kami juga memaklumi kok bahwa kita kota kecil, sehingga anggaran daerahnya juga kecil. Tapi, paling tidak masak dari tahun ke tahun tetap saja (besaran dana hibah) Rp 2,5 miliar,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kota Mojokerto Rachmi Widjajati memastikan pihaknya akan mengusulkan penambahan dana hibah KONI melalui P-APBD 2024.
Namun demikian, apakah dipenuhi atau tidak, kata dia, menjadi kewenangan tim anggaran pemerintah daerah (TAPD).
”Dinas tetap akan usulkan nanti, tapi masalah diakomodasi atau tidak itu kewenangan di TAPD, dengan mempertimbangkan ketersediaan anggaran,” pungkasnya. (rdm/mjf/gk)