SMKN 1 Jetis Mojokerto telah usai menjalani Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB), Rabu, 7 Februari 2024. Kegiatan ini diadakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) JawaTimur bersama Sekber Relawan Penanggulangan Bencana (SRPB) Jawa Timur sebagai fasilitator.
Pelatihan SPAB digelar selama dua hari, Selasa dan Rabu, 6-7 Februari 2024. Di hari kedua, pelaksanaan SPAB diadakan praktik dan simulasi. Di antaranya penggunaan alat pemadam api ringan (APAR) dan alat pemadam api tradisional (APAT) berupa karung goni oleh Tim Damkar Kabupaten Mojokerto bersama fasilitator SPAB SRPB Jatim.
Pada hari kedua ini para siswa dan guru diberikan penjelasan terkait bencana kebakaran dan bagaimana menanganinya. Proses simulasi gempa berjalan dengan cukup baik.
“Seluruh peserta sudah paham dengan tugas masing-masing yang sudah diketahui dan dipelajari pada hari sebelumnya,” ungkap Dian Harmuningsih, salah satu fasilitator SPAB SRPB Jatim, Rabu, 7 Februari 2024.
Sementara itu, Tenaga Ahli Muda BPBD Jatim Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Dadang Iqwandy mengungkapkan, peningkatan kapasitas masyarakat, khususnya di lingkungan sekolah, menjadi penting. Pasalnya, sekolah adalah tempat berkumpulnya manusia dalam satu lokasi.
“Sehingga edukasi kebencanaan ini menjadi penting. Selain itu, di sekolah-sekolah kami lengkapi dengan sarana dan prasarana dalam rangka juga untuk melengkapi kapasitas dalam mengurangi risiko bencana,” jelasnya.
BPBD Jatim juga memberikan tumbler ke peserta. Hal ini merupakan salah satu bentuk kampanye pengurangan sampah plastik. “ini bukan akhir dari ketangguhan bencana, tapi ini adalah hanya awalan saja untuk kemudian kami serahkan ke sekolah untuk melanjutkan kapasitasnya secara mandiri,” imbuh Dadang Iqwandy.
Di hari pertama, BPBD Jatim menyerahkan bantuan sarana berupa jalur rambu evakuasi, titik kumpul, dan poster edukasi kebencanaan kepada pihak sekolah. Kemudian dilanjutkan pemberian materi SPAB dan workshop penyusunan dokumen kajian risiko.
Mulai dari siswa, guru, dan tenaga kependidikan, ikut dalam kajian ini. Sedangkan di kelas lain para siswa diberikan materi terkait edukasi kebencanaan dan P3K oleh Fasilitator Ahmad Abad dan Suliono.
Sedangkan Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Mojokerto Yo’ie Afrida Soesetyo mengungkapkan bahwa Indonesia menempati rangking 24 risiko bencana tertinggi di dunia. Indonesia masuk Ring of Fire Lempeng Pasifik karena banyak gunung berapi, sering terjadi gempa bumi, dan tsunami.
“Dulu Indonesia belajar ke Jepang, namun sekarang dunia belajar ke Indonesia terkait kebencanaan. Di Mojokerto sendiri ada bencana banjir, longsor, angin puting beliung, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), dan lain sebagainya. Budaya kewaspadaan harus dibangun agar kesiapsiagaan untuk mitigasi bisa dilakukan dengan baik, terutama di sekolah,” jelasnya. (gk/mjf)