Mariko Asmara Yoshihara, pendiri dan penasihat JAC Recruitment Indonesia, mengatakan kemampuan khusus adalah hal penting bagi anak muda yang baru mulai bekerja, termasuk lulusan baru dan calon pencari kerja.
“Saya sarankan satu hal, fokus ke pekerjaan utama. Kamu harus spesifik (menguasai satu keterampilan). Misalnya, belajar Bahasa Mandarin karena ingin berbisnis dengan pengusaha Cina. Kalau mau pangsa pasar India, belajar (bahasa) India,” tegas Mariko.
Menurut pendiri Ango Ventures, sumber daya manusia Indonesia selama ini terlalu umum dan tidak fokus pada satu keterampilan, yang membuat kurang spesifik sebagai seorang spesialis. Selain itu, budaya loncat dari satu bidang atau perusahaan masih sering ditemukan di kalangan profesional. Mariko mengatakan bahwa karyawan harus percaya pada perusahaan terlebih dahulu dan harus belajar tentang perusahaan itu sebelum bekerja di sana.
“Kalau sudah, coba komitmen selama lima tahun. Itu membuat Anda punya pengalaman yang berbeda (dibanding sering jadi kutu loncat),” katanya.
Saran itu juga menjadi kunci agar Indonesia sukses memanfaatkan bonus demografi pada 2030, yang dikatakan jumlah penduduk usia produktif akan lebih banyak dibanding yang nonproduktif.
“Di Indonesia sekarang banyak generasi di bawah usia 30 tahun dan pintar-pintar serta tersebar di mana-mana. Generasi muda ini harus bisa dialokasikan ke sektor-sektor yang diinginkan (strategis),” ujar Mariko.
Dia juga menekankan bahwa salah satu kunci keberhasilan bonus demografi adalah pendidikan lanjutan. Dia mengatakan bahwa dari sekitar 270 juta orang Indonesia, hanya 6% yang memiliki gelar universitas, politeknik, atau sederajat. (tmp/mjf/ram)