
Mojokerto – Kerajaan Majapahit (1293-1527) adalah kerajaan Hindu terbesar di Nusantara yang Ibukota kerajaannya diintepretasikan terletak di Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Kerajaan Majapahit kaya akan budaya dan metode pembelajaran serta wawasan. Diantaranya yang tertuang dalam karya sastra epik “Nagarakretagama”. Hal inilah yang menginspirasi SMA Negeri 1 Kutorejo Mojokerto untuk membangun karakter siswa dan budaya berbasis Majapahit.
Sekedar informasi, Kerajaan Majapahit (1293-1527) adalah kerajaan Hindu terbesar di Nusantara yang mencapai masa kejayaan pada Abad ke-13 hingga 14 Masehi. Ibukota kerajaannya diintepretasikan terletak di Trowulan, Jawa Timur
Berdasarkan pertimbangan sebaran temuan arkeologis. Kerajaan Majapahit yang berdiri sekitar abad ke-13 hingga ke-16 Masehi, merupakan salah satu keajaiban peradaban di Asia Tenggara. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan beberapa raja yang paling terkenal, seperti Raden Wijaya, Hayam Wuruk, dan Gajah Mada.
Salah satu warisan terbesar Majapahit adalah karya sastra epik “Nagarakretagama,” yang menggambarkan kejayaan kerajaan dan budaya Majapahit. Selain itu, Majapahit dikenal dengan sistem pemerintahan yang canggih, sistem irigasi yang maju, dan seni ukir serta arsitektur yang mengesankan.
Pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuh kembangkan karakter yang baik bagi peserta didik. Pengembangan karakter dapat dibentuk melalui budaya sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai luhur pendahulu bangsa.
Penanaman karakter kepada peserta didik diperlukan taktik ataupun strategi yang tepat agar dapat terlaksana dengan baik. Pelaksanaannya diatur secara bertahap, terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.
Membangun karakter dan budaya sekolah yang baik tidak bisa lepas dari komponen sekolah, tidak dapat dilakukan secara individu namun perlu keterlibatan bersama untuk diterapkan kepada peserta didik. Budaya sekolah juga menduduki peran penting untuk mengembangkan karakter siswa.
Dalam proses membangun karakter dan budaya sekolah, bukan hanya guru dan siswa saja yang berperan aktif dalam mengembangkan budaya sekolah yang berkarakter tapi seluruh warga sekolah yang ada juga memiliki tanggung jawab untuk merealisasikan hal tersebut.
Demi menciptakan proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik,
SMA Negeri 1 Kutorejo

SMA Negeri 1 Kutorejo yang terletak di Jalan Lapangan No. 02 Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto yang berdiri sejak tahun 1992 menggunakan lahan bekas pabrik gula Ngaling Ketanen berkomitmen bersama seluruh stakeholder-nya untuk terus maju dan berinovasi dalam berbagai hal.
SMA Negeri 1 Kutorejo telah mempunyai 30 rombongan belajar yang dilengkapi dengan fasilitas sarana dan prasarana yang cukup baik. Penumbuhan karakter pada peserta didik selalu dilaksanakan dengan berfokus pada 3 budaya, yaitu Budaya Imtaq, Budaya berwirausaha dan Budaya hidup sehat.
Dalam hal ini SMA Negeri 1 Kutorejo dalam proses pengembangan karakter dan budaya berbasis majapahit yaitu dengan program sekolah wiyata mandala.
Secara harfiah kata wawasan mengandung arti pandangan, penglihatan, tinjauan atau tanggapan inderawi. Secara lebih luas dapat diartikan suatu pandangan atau sikap mendalam terhadap hakikat. Selain menunjukkan kegiatan untuk mengetahui isi, juga melukiskan cara pandang, cara lihat, cara tinjau atau cara tanggap inderawi.
Kata Wiyatamandala terdiri dari dua bagian kata, yaitu “Wiyata” dan “Mandala”. Kata “Wiyata” mempunyai arti pelajaran atau pendidikan, sedangakan kata “mandala” mengandung arti bulatan, lingkaran, lingkungan daerah atau kawasan. Jadi kata “Wiyatamandala” mengandung arti lingkungan pendidikan/pengajaran.
Dengan demikian “Wawasan Wiyatamandala” diartikan sebgai suatu pandangan atau tinjauan mengenai lingkungan pendidikan/pengajaran. Berdasarkan pengertian bahwa Wawasan Wiyatamandala adalah suatu pandang atau tinjauan mengenai lingkungan pendidikan/pengajaran, maka wawasan wiyatamandala mempunyai makna yang sangat dalam dan strategis sebagai lingkungan pendidikan.
Salah satu Makna itu menuntut sekolah untuk Memiliki sarana dan prasarana yang cukup dan baik dan terciptanya lingkungan aman, bersih, tertib, indah, sejuk dan segar. Apabila hal-hal tersebut terpenuhi dan terbina baik, maka keberhasilan pendidikan akan terwujud dan menghasilkan tenaga kader pembangunan bangsa dan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Tujuan Wiyata Mandala adalah diharapkan seluruh siswa dapat berperan aktif dalam meningkatkan fungsi sekolah sebagai lingkungan pendidikan. Aktivitas dan kreativitas siswa sangat diperlukan untuk menciptakan sekolah sebagai masyarakat belajar, tempat saling asah, saling asih, dan saling asuh yang dibimbing oleh kepala sekolah dan guru yang dapat mendorong semangat dan minat belajar. Hal tersebut bisa berupa pemerataan kesempatan mendapatkan transfer of knowledge, maupun transfer of experience, dengan tanpa membedakan baik dari segi kemampuan ekonomi, kemampuan intelegensia, dan juga kemampuan fisik (gagasan sekolah inklusi).
Membangun karakter budaya berbasis majapahit dan berwawasan wiyata sekolah mandala merupakan sebuah konsep yang menarik dan memiliki potensi besar dalam melestarikan dan mengembangkan budaya majapahit.
Di dalam dunia pendidikan terdapat aspek yang dapat dipertimbangkan dalam membangun karakter dan budaya majapahit, salah satu aspek yang dapat diambil yaitu aspek pendidikan berkarakter.
Pendidikan karakter berbasis majapahit merupakan pendidikan karakter yang berorientasi pada pengembangan akal budi dan karakter spiritual serta mengembangkan nilai-nilai majapahit seperti kejujuran, kerja keras, dan kepedulian sosial. Mengintegrasikan sejarah majapahit ke dalam kurikulum pendidikan dianggap perlu karena peserta didik diharapkan dapat mengembangkan karakter yang mencerminkan budaya majapahit tersebut sebagai bentuk melestarikan sejarah bangsa dan melahirkan generasi yang berkarakter kuat dan intelektual.
SMA Negeri 1 Kutorejo dalam membangun karakter budaya berbasis majapahit dan berwawasan wiyata mandala yaitu melalui pembangunan sarana prasarana dalam hal ini yaitu Pembangunan Gerbang (gapura) Taruna Wilwatikta. Pembangunan tersebut sebagai bagian dari aspek karakter dan budaya majapahit adalah aspek fisik, yaitu Gerbang Taruna Wilwatikta.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata Taruna adalah Muda, sedangkan Wilwatikta adalah nama sansekerta dari Kerajaan Majapahit. Kata Wilwatikta sendiri berasal dari Bahasa Jawa Kuno yang terdiri dari kata “wilwa” yang berarti buah maja, sedangkan “tikta” berarti pahit. Pembangunan Gerbang (gapura) Taruna Wilwatikta Majapahit merupakan salah satu upaya untuk melestarikan dan mengembangkan budaya majapahit.
Tujuan dilakukannya pembangunan gerbang ini diharapkan dapat menjadi symbol kebanggaan dan identitas budaya majapahit, menjadi pusat pendidikan dan pengembangan karakter majapahit termasuk nilai-nilai kejujuran, kerja keras, dan kepedulian social, serta pelestarian budaya majapahit termasuk bahasa, sastra, dan kesenian di SMAN 1 Kutorejo. Dengan demikian pembangunan gerbang taruna wilwatikta dapat menjadi salah satu cara untuk membangun karakter dan budaya di lingkungan sekolah dengan berbasis Majapahit. Pembangunan gerbang ini juga tidak lepas dari harmonisasi Orang Tua /Wali Peserta Didik Kelas X yang ikut berpartisipasi dalam membangun karakter budaya dan berwawasan wiyata mandala di SMAN 1 Kutorejo.(tim/SMA)
Baca juga :