Prevalensi stunting di Kota Mojokerto terus melandai dari waktu ke waktu. Hal tersebut terlihat dari perhitungan Elektronik Pencatatan Laporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPBGM) dari 3,12 pada 2022 menjadi 2,04 pada 2023 dan mencapai 1,85 per Juli 2024.
Sedangkan berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting nasional tahun 2023 di angka 21.5 persen, di Provinsi Jawa Timur mencapai 17.7 persen dan Kota Mojokerto mencapai 11 persen.
Gaguk Tri Prasetyo, Sekretaris Daerah Kota Mojokerto, mewakili Pj. Wali Kota Moh. Ali Kuncoro mengatakan, penanganan stunting sangat berkaitan erat dengan program pemerintah Indonesia untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
“Mewujudkan Indonesia emas ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, tidak hanya infrastruktur, teknologi informasi, dan regulasi, tetapi yang terpenting adalah sumber daya manusia. Terlebih Indonesia akan menghadapi bonus demografi, yang apabila dipersiapkan dengan tepat akan menjadi potensi,” ungkapnya.
Gaguk yang juga menjabat sebagai ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting ini menerangkan, bahwa salah satu ancaman dalam menyiapkan SDM yang produktif adalah masalah kesehatan dan salah satunya adalah masalah stunting
Sementara itu dr. Farida Mariana Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes PPKB) menyampaikan, prevalensi stunting berdasarkan data yang diperoleh dari penimbangan balita yang ada di Posyandu pada bulan Juli adalah 108 balita dari sebelumnya 119 di awal tahun. (adm/mjf/gk)