Lestarikan Busana Pengantin Khas Bumi Majapahit, Pemkab Mojokerto Gelar Seminar dan Gebyar Pengantin Mojoputri 2023

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto menggelar seminar dan gebyar pengantin Mojoputri tahun 2023 di Pendopo Graha Maja Tama (GMT), pada Sabtu, (22/7) pagi. Pelaksanaan seminar dan gebyar pengantin Mojoputri ini, sebagai upaya Pemkab Mojokerto untuk melestarikan tata busana pengantin khas Mojokerto.

Pelaksanaan seminar dan gebyar pengantin Mojoputri yang diinisiasi oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Mojokerto ini, diikuti 75 perias atau make-up artist (MUA) Kota dan Kabupaten Mojokerto.

Selain itu, pada pelaksanaannya, juga turut dihadiri oleh Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati yang didampingi Kepala Disbudporapar Kabupaten Mojokerto Norman Handito.

Serta dihadiri pula oleh istri alm. Machmud Zain yakni Dewi Masito, Ketua TP PKK Kabupaten Mojokerto Shofiya Hana Al Barra, Rektor Universitas Islam Majapahit Rachman Sidharta Arisandi, Ketua DPD Harpi Jawa Timur, Ketua Tiara Kusuma Kota Mojokerto, Ketua Harpi Kota Mojokerto, Ketua Katalia Mojokerto, Ketua Tiara Kusuma Mojokerto, Ketua GOW Mojokerto, Ketua TP PKK Kecamatan se-Kabupaten Mojokerto dan turut mengundang Nurhayati dari anggota tim 9 pengantin mojoputri sebagai narasumber.

Diketahui, Busana pengantin khas daerah Mojokerto yang bernama Mojoputri ini, merupakan busana yang memiliki keterkaitan erat dengan budaya di Mojokerto.

Dicetuskan oleh Bapak Machmoed Zain (Bupati Kabupaten Mojokerto 1990-2000). Dalam kajiannya, busana pengantin Mojoputri erat kaitannya dengan akulturasi budaya. Budaya Kerajaan Majapahit, budaya Islam (Demak – Mataram Islam), dan unsur budaya kolonial Belanda, sehingga Mojoputri menjadi salah satu busana pengantin khas Jawa Timur yang berasal dari Kabupaten Mojokerto.

Penetapan Mojoputri sebagai busana Pengantin dilakukan saat Gelar Busana Tempo Dulu yang diinisiasi oleh DPD Harpi “Melati” Provinsi Jawa Timur, TP PKK Kab. Mojokerto dan Ratu Ayu Solo Kosmetik di Hotel Ramayana Surabaya pada tanggal 19 April 1996 sebagai busana Pengantin khas Kabupaten Mojokerto.

Bupati Ikfina juga mengungkapkan, dengan dilaksanakan seminar dan gebyar pengantin Mojoputri ini, dapat menjadi salah upaya Pemkab Mojokerto dalam melestarikan budaya khas Kabupaten Mojokerto dengan memberikan edukasi terhadap perias-perias baru yang di Bumi Majapahit terkait busana pengantin Mojoputri.

“Dengan banyaknya generasi-generasi perias baru yang bermunculan, mereka-mereka ini harus tahu dan mengenal tata rias pengantin mojoputri ini, maka kegiatan ini memang harus dilaksanakan pada teman-teman perias-perias semuanya khususnya perias yang ada di Kabupaten Mojokerto untuk memahami bagaimana busana pengantin Mojoputri,” ungkapnya.

Orang nomor satu dilingkup Pemerintah Kabupaten Mojokerto juga berpesan, agar para perias yang ada di Bumi Majapahit juga ikut andil dalam melestarikan budaya khas Kabupaten Mojokerto.

“Mudah-mudahan kegiatan ini mendapatkan Ridho dari Allah SWT, sehingga semua yang ada di sini nanti menjadi bagian dalam melestarikan budaya Kabupaten Mojokerto khususnya pada busana pengantin Mojoputri,” harapnya.

Sementara itu, Kepala Disbudporapar Kabupaten Mojokerto Norman Handito berharap, dengan dilaksanakannya seminar dan gebyar pengantin Mojoputri tahun 2023, busana pengantin Mojoputri khas Mojokerto dapat semakin dikenal, baik tingkat nasional maupun internasional.

“Harapan kami, kegiatan ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dan keluhuran-keluhuran daerah Kabupaten Mojokerto untuk bisa kita perkenalkan dan kita sorotkan sampai dengan di daerah-daerah lain, syukur sampai Jawa Timur dan Alhamdulillah kalau sudah sampai di tingkat nasional bahkan internasional itu juga perlu,” pungkasnya.

Pedagang Tambah Stok Buah di Tengah Meningkatnya Permintaan Saat Ramadan

Baca juga :