Sebagai bentuk menghargai dan menghormati budaya luhur masyarakat Indonesia dan kearifan lokal yang berlaku di masyarakat, personil yang tergabung dalam Satgas TMMD Ke–116 Mojokerto bersama warga mengadakan selamatan dan berdo’a bersama di Punden Tumenggung Rekso Wiroguno, Dusun Arjosari, Desa Randuharjo, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, Kamis (11/05).
Kegiatan selamatan ini dilakukan masyarakat Dusun Arjosari dengan mengundang personil Satgas TMMD yang hendak bertugas melakukan rehabilitasi Mushola Nurul Hidayatulloh, dan jambanisasi di wilayah Dusun Arjosari.
Kehadiran Satgas TMMD Ke-116 Mojokerto di tengah–tengah acara tersebut sebagai salah satu bentuk kemanunggalan TNI dan rakyat. Diundangnya anggota Satgas TMMD di acara ini, merupakan indikasi positif bahwa kehadiran TNI tak hanya dapat diterima warga setempat melainkan mampu berbaur dengan masyarakat.
Acara selamatan yang dipimpin tokoh adat Dusun Arjosari, Suwandi, juga dihadiri sejumlah tokoh masyarakat dusun setempat, serta warga sekitar Punden. ”Mari saudara-saudara kita menundukkan kepala sejenak, hening dan berdo’a kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar hajat kita dalam rehab mushola dan pembangunan jamban ini berlangsung lancar, aman, dan mendapatkan keselamatan,” ujar Suwandi memimpin selamatan.
Pantauan di lapangan, dalam acara selamatan itu, tampak sejumlah personil Satgas TMMD yang berasal dari Yon Mekanis 512/Marabunta dipimpin Letda Inf Ali Mahfudz, berbaur bersama warga duduk bersila mengelilingi tumpeng. Terpantau pula acara diawali dengan do’a bersama dilanjutkan menikmati hidangan tumpeng.
Menurut Babinsa Randuharjo, Koramil 0815/11 Pungging, Sertu Sugiarto, acara selamatan itu biasa dilakukan di warga Dusun Arjosari dan dusun lainnya di wilayah Desa Randuharjo. ”Acara seperti ini, biasanya dilaksanakan apabila ada kegiatan besar, seperti hajatan, pesta pernikahan, pembangunan tempat ibadah, panen raya, dan lain-lain. Jadi ini sudah mentradisi,” ungkapnya.
Untuk diketahui, selamatan merupakan sebuah tradisi ritual yang hingga kini tetap dilestarikan oleh sebagian besar masyarakat Jawa, bahkan Nusantara. Hal ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah dan karunia yang diberikan Tuhan. (dis/mjf/may)