Penutupan Muhibah Budaya Jalur Rempah

Kota Mojokerto menjadi tuan rumah penutupan Muhibah Budaya Jalur Rempah tahun 2022, Sabtu (2/7) malam. Ini merupakan kali kedua Kota Mojokerto dipercaya oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk menggelar event tahunan nasional tersebut.
“Alhamdulillah Kota Mojokerto ini sudah menjadi bagian dari agenda muhibah jalur rempah untuk tahun yang kedua di tahun 2022. Kami sangat berterimakasih atas kepercayaan yang telah diberikan kepada Kota Mojokerto,” ungkap Wali kota Ika Puspitasari pada event yang digelar di halaman Rumah Rakyat Kota Mojokerto ini.

Penyelenggaraan Muhibah Budaya Jalur Rempah sendiri termasuk upaya diplomasi budaya dan menguatkan posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia, serta keinginan untuk melihat jalur rempah “dari geladak kapal kita sendiri”.

Sebanyak 147 orang Laskar Rempah yang merupakan pemuda-pemudi pilihan dari 34 provinsi di Indonesia mengikuti pelayaran menaiki KRI Dewaruci. Terdapat sejumlah titik Jalur Rempah yang menjadi rute pelayaran, yaitu dari Surabaya, menuju Pelabuhan Makassar, Bau-Bau, Ternate dan Tidore. Berlanjut ke Pelabuhan Banda Neira, Kupang, dan kembali lagi ke Surabaya, tepatnya titik Dermaga Madura, Koarmada II.

Kota Mojokerto memang tidak menjadi salah satu titik pelayaran tersebut. Namun, berdasarkan fakta historis, letak geografis Mojokerto tidak bisa dilepaskan dari bagian dari Jalur Rempah yang berlangsung sejak berabad-abad lalu.

“Mojokerto menjadi pusat dari pemerintahan Kerajaan Majapahit, yang wilayahnya meliputi sebagian besar Asia Tenggara atau dulu dikenal istilah nusantara. Bahkan sejumlah literasi sejarah pun menyebut jika salah satu dermaga Majapahit terletak di sekitar lokasi kita saat ini, di depan Rumah Rakyat ini kan ada sungai brantas,” ucap perempuan yang akrab disapa Ning Ita ini.

Isitilah Jalur Rempah sendiri berkaca pada bagaimana sejak zaman Kerajaan Majapahit, era penjajahan, hingga kemerdekaan saat ini, rempah masih menjadi komoditi perdagangan lintas global. Lebih lanjut, jalur rempah kemudian bukan sekadar lintas perdagangan semata, melainkan disitu juga terjadi pertukaran budaya, akulturasi dan bahkan melahirkan suatu peradaban.

Berkat kekayaan nilai historis dan memiliki peran penting dalam peradaban global inilah, pemerintah Indonesia kedepan menargetkan Jalur Rempah sebagai salah satu warisan budaya takbenda (intangible) UNESCO.

“Semoga Jalur Rempah bisa diakui oleh UNESCO sebagai bagian dari warisan budaya intangible. Dan Kota Mojokerto berhak bangga karena menjadi bagian dari ikhtiar pemerintah dalam mencapai hal tersebut,” ucap Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga, Didik Suhardi, Ph.D.

Sebagai informasi, acara malam itu dihadiri Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, Aspotmar Pangkoarmada II Kolonel Laut (P) Albertus Agung P.S, Komandan KRI Dewaruci Mayor Laut (P) Sugeng Hariyanto, M. Tr., Opsla., Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Agus Suprapto.

Kemudian turut hadir Staff Ahli Mendikbudristek Bidang Hubungan Kelembagaan Dan Masyarakat Muhammad Adlin Sila, Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Fitra Arda, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Restu Gunawan, M.Hum.

Serta Inspektur 1 Inspektorat Jenderal Muhaswad Dwiyanto, Pamong Budaya Ahli Utama Siswanto, Asisten Deputi Pemajuan dan Pelestarian Kebudayaan Jazziray Hartoyo, Asisten 1 Prov. Jatim Benny Sampirwanto, Auditor Utama Inspektorat Jenderal, Prabarini Prima Nangsih, Kepala BPNB Yogyakarta, Dra. Dwi Ratna Nurhajarini, Kepala BPCB Jatim, Zakaria Kasimin, Kepala LPMP Jatim, Rizqi, jajaran Forkopimda Kota Mojokerto, dan 37 orang Laskar Rempah Tim Cendana.

Pedagang Tambah Stok Buah di Tengah Meningkatnya Permintaan Saat Ramadan

Baca juga :