Sosialisasi Antisipasi PMK di Masa Kurban

Menghadapi maraknya wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) menjelang pelaksanaan Idhul Adha, Pemkot Mojokerto melalui Baznas dan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) menggelar sosialisasi, Kamis (30/6). Sosialisasi yang diselenggarakan di pendopo Sabha Kridhatama Rumah Rakyat Kota Mojokerto tersebut dihadiri oleh para camat, lurah, takmir masjid, serta petugas Prameswari se-Kota Mojokerto.

“Kami memang telah menyebarkan guideline ke berbagai pihak perihal berkurban aman di tengah wabah PMK. Tapi, itu tentu cuma komunikasi searah. Nah, kali ini kami hadirkan langsung pakarnya. Sehingga panjenengan bisa berdiskusi langsung,” ujar Plt. DKPP, Agus Triyatno.

Narasumber dalam forum tersebut adalah seorang pakar epidemiologi veteriner dan kesehatan masyarakat veteriner, drh. Widi Nugroho, Ph.D. Selain menjelaskan perihal ciri-ciri hewan kurban yang sehat dan sesuai syariat, ia juga menyebut jika PMK adalah wabah yang tidak perlu ditakuti.

“Berkurban di tengah wabah PMK ini tetap aman, tidak perlu panik. Apabila ada hewan yang terinfeksipun, dagingnya tetap bisa dikonsumsi,” ungkap sosok yang memperoleh gelar Ph.d dari The University of Adelaide, Australia ini.

Namun, ia tetap menekankan agar sebisa mungkin untuk menghindari penyembelihan hewan yang telah terjangkit PMK dan turut serta dalam penularan wabah tersebut. Sehingga, ia juga memaparkan langkah-langkah yang bisa diambil untuk mencegah agar hewan ternak tidak terinfeksi serta upaya apa saja yang harus dilakukan jika hewan sudah terlanjur terjangkit PMK.

“Salah satu kuncinya adalah menjauhkan hewan kurban dari sumber penularan virus PMK. Yaitu bisa dari manusia, hewan lain yang sudah terinfeksi, limbah kandang hewan terinfeksi, udara, pakan, minum, dan jarum suntik,” sebutnya diikuti dengan penjelasan pada masing-masing poin tersebut.

Peneliti sekaligus dosen Universitas Brawijaya ini juga memaparkan bagaimana kondisi organ-organ tertentu dari hewan ternak yang terjangkit PMK. Pihaknya memperlihatkan foto-foto yang menunjukkan perbedaan antara organ sehat dan terinfeksi virus.

Selain sosialisasi semacam ini, Ketua Baznas Dwi Hariadi juga menyebut jika pemkot akan memberikan pelatihan serta sertifikasi Juleha (Juru sembelih halal). Melalui program tersebut, harapannya para pengurus masjid memiliki tidak harus menggunakan jasa penyembelih dari rumah potong hewan (RPH) yang jumlahnya terbatas.

Pedagang Tambah Stok Buah di Tengah Meningkatnya Permintaan Saat Ramadan

Baca juga :