“Ini sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama para generasi muda. Demi mendukung terwujudnya program nasional Indonesia Emas 2045,” ungkap Wali kota Ika Puspitasari.
Pihaknya paham betul bahwa pengembangan pendidikan tinggi tidak menjadi salah satu kewenangannya. Sebagai kepala daerah, kewenangan Wali kota terbatas pada tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Dari tahun ke tahun, program ini secara konsisten telah memberi manfaat bagi mahasiswa-mahasiswi asli daerah yang berkuliah di perguruan tinggi negeri non-kedinasan. Tercatat, pada tahun 2021, beasiswa sebanyak 200 semester bagi 133 mahasiswa. Sementara di tahun ini jumlah semester dua kali lipat lebih banyak dari sebelumnya. Setiap semester masing-masing mahasiswa menerima sebesar 3,6 juta.
Pada forum tersebut, para mahasiswa juga diajak untuk berdialog langsung dengan Wali kota dan sejumlah jajaran pemkot Mojokerto. Sejumlah mahasiswa dengan berbagai latar belakang program studi dari beragam universitas di Indonesia mengutarakan gagasan-gagasan mereka untuk pembangungan di Kota Mojokerto.
“Di masa depan nanti, dimanapun kalian mendedikasikan diri kalian, sesukses apapun kalian, jangan lupakan Kota Mojokerto. Kami menunggu kontribusi kalian untuk Kota Mojokerto,” pungkasnya.
Menanggapi hal tersebut, salah satu mahasiswa yang telah dua kali menerima beasiswa ini, Bagas Toto Wijaya mengaku siap akan komitmen tersebut.
“Alhamdulillah, kami sangat terbantu. Beberapa project pengabdian masyarakat saya bisa berjalan dengan bantuan dana beasiswa. Nah, ke depan, ini tentu menjadi motivasi bagi saya untuk bisa berkontribusi lebih banyak lagi,” ujar mahasiswa semester enam Universitas Negeri Surabaya (Unesa), sekaligus pendiri komunitas sosial Sanggar Seni Bambu Hijau.