Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia bakal membangun sebuah jembatan gantung di atas aliran sungai yang menghubungkan antara Sidoarjo-Ngoro Mojokerto.
Pembangunan jembatan gantung inj menindaklanjuti kerap putusnya jembatan penghubung yang membentang dari Desa Candiharjo, dan Sutam di Desa Tambakrejo yang menghubungkan Sidoarjo – Ngoro Mojokerto saat musim hujan.
Kepala Desa Candiharjo Sunarto menjelaskan, pengajuan pembangunan jembatan gantung di daerah perbatasan Sidoarjo-Ngoro ini bukan kali pertama dilakukan, dan baru kali ini mendapatkan respon.
Dan hasilnya, tim survey dari Kementerian PUPR RI bersama perwakilan DPRD Jatim dan DPUPR Kabupaten Mojokerto sudah mengecek lokasi Maret lalu terkait pembangunan jembatan gantung tersebut.
”Pengecekan itu setelah saya ajukan awal Maret lalu ke DPRD Jatim. Sekitar akhir bulan itu baru survey ke lokasi. Waktu itu kami sama Pemdes Bandarasri yang ngajukan, tapi masih belum ada kelanjutan. Baru pengajuan tahun ini yang dapat respon cepat,” ungkapnya, Rabu (08/06/2022).
Dia menjelaskan, nantinya, jembatan gantung tersebut bakal didirikan melintangi Kali Porong dengan lebar sekitar 120 meter. Jembatan yang mengandalkan sling baja itu rencananya hanya bisa dilewati pejalan kaki hingga pemotor.
Hanya saja, hasil pengecekan yang dilakukan petugas terkendala penentuan titik didirikannya dua tiang pancang di sisi utara dan seletan sungai. Selain itu pihak BBWS Brantas juga tidak merekomendasi jika tiangnya didirikan di bibir sungai.
“Jadi harus di luar tangkis. Kalau di Sutam otomatis kena jalan desa sama pemukiman. Batang juga, soalnya jalan poros itu dekat tangkis. Bedanya batang itu kena sawah warga saja,” bebernya.
Menurut dia, jika tidak segera didirikan jembatan alternatif yakni jembatan gantung, aktivitas warga akan terganggu. Sebab, dua jembatan apung yang didirikan secara swadaya itu harus diputus saat musim hujan tiba.
Setiap kali diputus atau terputus, warga yang akan melintas mesti berputar hingga sekitar 10 kilometer melalui Jembatan Ngoro di Desa Tanjangrono.
”Utamanya memang biar warga sini dan desa sekitar, baik pelajar dan pekerja itu biar gak muter jauh. Apalagi kalau sudah ada jembatan kan bisa mendongkrak wisata di Candi Bangkal juga. Informasinya rencana ini masih diproses di provinsi,”tandasnya.
Sementara itu, Kepala DPUPR Kabupaten Mojokerto Rinaldi Rizal Sabirin membenarkan adanya rencanaya pembangunan jembatan gantung yang diajukan desa melalui pokok pikiran (POKIR) DPRD Jatim tersebut.
Meski begitu, DPUPR Kabupaten Mojokerto turut mengajukan pembangunan langsung ke kemenerian PUPR RI. Hanya saja, itu masih belum bisa terealisasi tahun ini.
”Tahun ini belum dapat. Kita ajukan lagi untuk tahun depan, kita juga harus berkoordinasi dengan BBWS Brantas. Karena sepanjang aliran sungai Brantas itu wewenang mereka,” sebutnya.
Menurutnya, proyek pembangunan jembatan gantung dengan panjang sekitar 120 meter itu bisa menelan anggaran Rp 8 miliar. Namun, anggaran pembangunan tersebut menyesuaikan konstruksi dan peruntukan jembatan.
”Soal anggaran itu variatif. Kalau buat dilewati kendaraan roda empat ya lebih mahal dari itu (8 M) dan rumit konstriksinya,” tandasnya. (fad/gk)