Sembilan rumah di bibir sungai Dusun Ketangi, Desa Ngembeh, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Mojokerto terancam ambrol. Ini terjadi setelah tebing 40 meter di bawah rumah tersebut longsor.
Akibat longsoran ini, beberapa tembok rumah warga retak. Para penghuni juga khawatir terjadi longsor susulan dan menjadi korban.
Longsornya tebing di bibir sungai itu disebabkan karena tergerus derasnya aliran sungai. Terlebih selama dua bulan ini, hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah tersebut. Hingga membuat debit air sungai meningkat drastis.
“Ada sekitar delapan rumah yang terancam hanyut ke sungai jika tebing itu terus-terusan longsor karena terbawa arus sungai,” ujar Winarto warga setempat.
Winarto mengungkapkan, sejak dua tahun silam tebing sungai setinggi 40 meter di Dusun Ketangi, Desa Ngembeh ini sudah beberapa kali longsor. Akibatnya, jarak rumah warga dengan sungai kian pendek.
“Saat ini jarak sungai dengan rumah warga hanya 2 sampai 1 meter. Harapannya ya supaya ada pembenahan. Entah itu dibronjong atau diplengseng, karena mengkhawatirkan,” katanya.
Bambang Supriyanto (54) Kepala Dusun (Kadus) Ketangi, mengatakan, sejak tahun 2020, tergerusnya tebing tersebut mulai mengancam pemukiman warga.
“Kami sudah mengajukan bantuan bronjong ke BPBD Kabupaten Mojokerto untuk mencegah agar tidak terkikis tebing tersebut namun masih belum terealisasi,” ujarnya.
Sementara itu, Yo’ie Afrida Soesetyo Djati Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kabupaten Mojokerto mengaku, jika pihaknya sudah mendapatkan laporan terkait tebing yang terkikis tersebut. Bahkan sudah melakukan assessment dan mitigasi di lokasi serta berkoordinasi dengan pihak terkait.
“Sungai tersebut berada di bawah wewenang BBWS Brantas. Kami sudah melakukan rapat dan melaporkan ke Bupati, saat ini masih dalam tahap pengkajian. Bahkan sudah saya laporkan ke provinsi terkait hal ini,” jelasnya.
Pihaknya menghimbau kepada warga yang rumahnya terancam longsor untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman saat terjadi hujan deras atau cuaca ekstrem. Pasalnya, saat ini cuaca ekstrem masih membayangi wilayah Kabupaten Mojokerto. (gk/mjf)