Lato-lato jadi mainan yang kini tengah jadi perbincangan. Banyak orang keranjingan lato-lato, hampir di setiap pengkolan ada yang memainkannya.
Lato-lato adalah mainan yang unik. Mainan ini mulai populer di Amerika Serikat (AS) pada era 1960-an.
Bentuknya sederhana, cara memainkannya pun cukup mudah. Anda cukup menggoyangkan talinya, lalu membuat dua bandul itu saling beradu hingga menghasilkan suara.
Ikhwan (16), misalnya, yang semakin ingin bermain saat suara noknok-nya semakin kencang.
“Kalau udah toktok-nya kencang, adrenalin saya naik gitu lah, jadi pengin terus nyoba,” ujar Ikhwan Bikin nagih. Iya, memang benar.
Praktisi psikologi dari Solo, Hening Widyastuti mengatakan bahwa mainan ini memang punya daya pikat tersembunyi. Bisa dibilang, mainan ini memacu kognitif, motorik, bahkan sisi kompetitif pada seseorang.
“Jadi muncul keinginan main tahan lama harus bagaimana. Makanya dia akan memainkan kognitif dan motoriknya. Lalu sisi kompetitif manusia juga terpacu,” ujar Hening.
Misalnya, saat melihat teman bisa bermain bagus, keinginan untuk bisa menaklukkan lato-lato pun semakin kuat.
Tentunya, mainan ini bukan sesuatu yang buruk. Selama dimainkan dengan benar, tak akan ada hal berbahaya apa pun yang bisa terjadi.
Meski begitu, jika anak-anak gemar memainkan lato-lato, para orang tua tetap harus memantaunya. Hal ini untuk meminimalisasi cedera akibat terlempar bola lato-lato.
“Karena secara psikologis sebenarnya bagus untuk mengasah daya kompetitif dan motorik. Tapi kalau takut cedera tentu harus diawasi,” katanya.(gk/maja)