Bakteri Legionella dapat hidup di air laut, air tawar, sungai, lumpur, danau, mata air panas, genangan air bersih, air menara sistem pendingin di gedung bertingkat. hotel, spa, pemandian air panas, air tampungan sistem, air panas di rumah-rumah, air mancur buatan yang tidak terawat baik, adanya endapan, lendir, ganggang, jamur, karat, kerak, debu, kotoran atau benda asing.
Bakteri ini bisa hidup pada suhu antara 5,7-63 derajat celcius dan tumbuh subur pada suhu antara 30-45 derajat celcius dan mampu hidup pada pH 2,7-8,3 serta mati pada kondisi tubuh suhu di atas 60 derajat celcius.
Gejala yang muncul, seperti batuk berdahak, demam, myalgia (nyeri otot), diare, dispnea (sesak nafas), kehilangan nafsu makan, lemah lesu dan sakit kepala.
Untuk mendeteksi kasus penyakit Legionellosis di wilayah dapat melalui pelaksanaan surveilans pneumonia, influenza like illness (ILI) atau severe acute respiratory infection (SARI) dengan memanfaatkan aplikasi sistem kewaspadaan dini dan respon (SKDR).
“Ada di skrining itu sistem waspada dini itu. Di masing-masing rumah sakit ada tata laksananya. Setahu saya tidak ada tes PCR. Tapi untuk menentukan diagnosa, nanti ada khusus dari dokter yang menyatakan, harus ada uji lab,” ujarnya. Seperti dikutip dari detik.con(tim/say)