Mojokerto – Bencana kekeringan masih melanda Kabupaten Mojokerto. Meski berada di kaki gunung Penanggungan, tiga desa di Dua kecamatan Di Kabupaten Mojokerto kesulitan mendapatkan air bersih saat musim kemarau tiba.
Tiga desa tersebut yakni Desa Kunjorowesi, Desa Manduro Manggunggajah Kecamatan Ngoro dan Desa Duyung di Kecamatan Trawas. Tiga Desa ini menjadi langganan bencana kekeringan tiap tahunnya.
Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto, Djoko Supangkat mengatakan, upaya pemerintah dalam penanggulangan bencana kekeringan di Kabupaten Mojokerto terus diupayakan.
Diantaranya melalui dropping air bersih menggunakan truk tangki yang dilakukan oleh Pemda yang sudah dilakukan sejak Rabu (24/8/2022). Dropping air bersih ini diberikan ke tiga desa secara rutin.
“Dalam sehari ada 10 kali dropping air bersih dengan kapasitas 4.000 liter kita bagi ke tiga desa. Desa Kunjorowesi 4 kali, Manduro 3 kalin dan Duyung, Trawas 3 kali dropping air bersih,” bebernya.
Kata Joko, Pemda telah menyediakan 443 tangki air bersih dalam mencukupi kebutuhan air bersih di toga desa yang terdampak bencana kekeringan.
443 tangki air bersih ini diprediksi akan mampu mencukupi kebutuhan air bersih untuk warga di tiga desa dalam kurun waktu dua bulan kedepan.
“443 tangki air bersih ini kita diatribusikan hingga 14 Oktober 2022 . Jadi kurang lebih selama dua bulan kedepan dan kemungkinan akan diperpanjang menyesuaikan kondisi di lapangan” tegasnya.
Krisis air di tiga desa ini menjadi persoalan klasik lantaran setiap musim kemarau selalu dilanda kekeringan hingga kesulitan air.
“Harapan Pemerintah Daerah inginnya persoalan krisis air bersih ini dapat ditangani secara permanen dengan cara pipanisasi di kawasan Desa Duyung yang mengarah ke Desa Kunjorowesi,” bebernya.
Cara lain salah satunya dengan kerjasama dengan desa lain yang memiliki sumber mata air dan pembuatan sumur dalam dengan metode Geolistrik.
Kemudian, di Desa Manduro telah mengajukan bantuan pengeboran air bawah tanah di Kementerian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
di tahun 2020.
Progress saat ini sudah uji coba pemasangan namun belum diserahterimakan ke pihak desa. “Nanti kita lihat setelah dioperasikan apakah bisa mencukupi satu Desa Manduro Manggunggajah yakni di Dusun Manggunggajah dan Dusun Bulu Resik,” ujar Djoko.
Ditambahkannya, berdasarkan BMKG puncak musim kemarau pada Agustus, September hingga Oktober.
“Dropping air di desa terdampak krisis air bersih mencukupi dan akan menyesuaikan kondisi iklim yang tidak menentu,” tandasnya.