Penguatan literasi masyarakat merupakan salah satu program prioritas nasional yang tercantum dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional 2020-2024 guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur.
Guna mendukung program nasional tersebut, Pemerintah Kabupaten Mojokerto melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperka) Kabupaten Mojokerto menggelar coocking class bersama PT Lautan Natural Krimerindo dalam hal ini menggunakan produk Fiber Cream di gedung literasi Disperka Kabupaten Mojokerto, Kecamatan Sooko, Rabu (29/6) pagi.
Bupati Mojokerto menyampaikan, kegiatan penguatan literasi masyarakat tidak hanya dengan cara membaca saja. Seperti yang dilakukan Disperka Kabupaten Mojokerto kali ini, menguatkan literasi bisa juga dengan cara praktikum secara langsung.
“Tambahan literasi untuk kita semua hari ini, bahwa di dalam makanan yang kita buat itu ada bahan-bahan khusus yang bisa memberikan nilai plus. Yaitu dengan menggantikan santan, susu dan sejenisnya dengan produk Fiber Cream. Bahan ini lebih ramah terhadap tubuh kita,” ungkapnya.
Dalam coocking class kali ini, peserta diajak untuk belajar membuat getuk dan thai tea. Dimana dalam kedua produk ini menambahkan produk Fiber Cream. “Kalau pada pembuatan getuk, ketika ditambah dengan Fiber Cream ini bisa menambah kandungan serat yang lebih banyak. Sementara untuk pembuatan thai tea, untuk mengganti krimer atau susu agar lebih ramah di tubuh,” tuturnya.
Bupati Ikfina menambahkan, pemanfaatan produk lokal yang melimpah seperti ketela pohon atau dalam bahasa jawa kaspe menjadi produk yang bernilai tinggi sehingga dapat menjadi sebuah produk unggulan dari daerah atau oleh-oleh getuk kekinian.
“Kaspe yang melimpah dengan harga yang murah di pasaran bisa menjadi peluang usaha yan bagus bagi bapak ibu peserta kegiatan dengan menggabungkan thai tea minuman kekinian menjadikan peluang usaha yang sangat bagus untuk menjadikan peluang usaha,” ujarnya.
keberadaan suatu perpustakaan, lanjut Ikfina, diharapkan dapat menjadi sarana pemberdayaan masyarakat agar memiliki kesadaran dan kemandirian dalam bidang informasi dan media pendidikan khususnya bagi masyarakat yang tidak mendapatkan kesempatan pendidikan formal dan dengan beragam informasi yang dimiliki perpustakaan juga menjadi hiburan dan media rekreasi bagi masyarakat.
“Perpustakaan dalam hal ini menjadi lembaga yang strategis untuk peningkatan literasi masyarakat guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan akses informasi sesuai dengan konteks kebutuhannya masing-masing,” tandasnya.
Bupati Ikfina menambahkan, pendekatan inklusif memandang perpustakaan merupakan sub sistem sosial dalam sistem kemasyarakatan. Untuk itu, perpustakaan harus dirancang agar memiliki nilai kebermanfaatan yang tinggi di masyarakat.
“Melalui pendekatan inklusif perpustakaan umum mampu menjadi ruang terbuka bagi masyarakat untuk memperoleh solusi, dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan.
Orang nomor satu di lingkup Pemerintah Kabupaten Mojokerto ini pun menyebut, tujuan dari program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial adalah terciptanya masyarakat sejahtera melalui transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Sehingga bersama perpustakaan untuk hidup lebih baik.