Polda Metro Jaya menangkap tokoh sentral Khilafatul Muslimin berinisial AS (74) yang merupakan menteri di Ormas Khilafatul Muslimin di Mojokarto. Penangkapan terhadap AS (74) dilakukan Senin (13/6/2022) dini hari.
Berbekal informasi penangkapan yang dilakukan Tim Ditreskrimum Polda Metro Jaya tersebut, tim Maja FM berusaha mencari lokasi penangkapan yang di lakukan oleh petugas.
Dari data yang diperoleh, penangkapan yang dilakukan oleh petugas pada Senin (13/6/2022) dini hari itu disinyalir dilakukan d di wilayah Kutorejo, Kabupaten Mojokerto.
Di sisi lain, di sana juga terdapat sebuah Pondok Pesantren bernama Ukhuwwah Islamiyah (PPUI) Khilafatul Muslimin.
Saat Maja FM mendatang lokasi, terdapat tiga sampai empat santri yang berada di area lokasi sementara santri lain berada di dalam pondok. Pantauan di lokasi kondisi Pondok Pesantren Ukhuwwah Islamiyah (PPUI) Khilafatul Muslimin itu juga sepi.
Bangunan pondok yang berada di tengah perkampungan tersebut juga nampak tertutup oleh pembatas pager buatan berwarna hijau yang mengelilingi pondok tersebut.
Pada bagian luar pondok nampak sebuah plakat Pondok pesantren sementara pada bagian dalam terdapat sebuah joglo juga masjid.
Mengenai adanya penangkapan menteri di Ormas Khilafatul Muslimin di Mojokarto oleh Polda Metro Jaya pengurus pengurus Pondok Pesantren Ukhuwwah Islamiyah (PPUI) Khilafatul Muslimin pun membantah adanya hal tersebut di pondok pesantrennya.
Muhammad Nur Salim salah satu pengurus Pondok Pesantren Ukhuwwah Islamiyah (PPUI) Khilafatul Muslimin mengatakan tidak ada penangkapan yang dilakukan oleh polisi di tempat ia menimbah ilmu selama satu tahun ini.
“Tidak ada penangkapan di sini, saya baru tahu malah dapat informasi dari Intel di sini. Ada yang ronda juga kok,” ucapnya saat ditemui di Pondok Pesantren.
Pria asal Lampung ini mengaku, kaget adanya informasi penangkapan AS yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan Khilafatul Muslimin. Bahkan, pria berusia 25 tahun ini tak mengenal tersangka.
“Identitasnya tidak jelas. Kalau identitasnya jelas, kan baru bisa ngomong saya kenal atau tidak,” ujarnya.
Nur Salim sendiri, mengaku baru satu tahun menjadi pengasuh ponpes yang saat ini hanya ada 24 santri di dalamnya. Masing-masing, 9 santri laki-laki dan 15 santri perempuan.
Santri-santri ini, diklaim Nur Salim, sebagian berasal dari wilayah Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, dan beberapa dari luar Mojokerto. Seperti, Surabaya dan Madura. Mereka berumur dari usia 6 sampai 9 tahun.
“Saya baru satu tahun jadi pengasuh. Memang aktivitas mereka fokus hafal Al Quran 9 juz kalau di sini. Ini kebetulan istirahat tidur,” tegasnya.
Dia juga berujar jika Pondok Pesantren bernama Ukhuwwah Islamiyah (PPUI) Khilafatul Muslimin yang ada di Mojokerto ini adalah cabang.
”Pusat pendidikannya di Bekasi, ini termasuk salah satu cabangnya. Termasuk yang di Lampung itu juga, kita satu yayasan, kalau saya dari Lampung,” tuturnya.
Sesuai visinya, ponpes yang berlokasi di Desa Simbaringin, Kecamatan Kutorejo ini yakni Rahmatan Lil Alamin atau Rahmat Bagi Seluruh Alam.
Sementara itu dalam pondok pesantren terdapat sebuah tulisan visi dan misi pondok pesantren. Dalam tulisan tersebut terdapat enam misi, di antaranya, menuju tauhid yang murni atau bersih dari noda syirik, menuju Aqidah yang kuat, lurus dan Ubudiyyah As Sunnah, Membentuk pribadi Akhlakul Karimah, Berguna Bagi Umat, Siap menjadi Mujahid Da’wah Tegaknya sistem Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah, dan Cakap, Terampil, dan percaya diri. (fad/gk)