Hari kedua kunjungan kerja Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin beserta istri Wury Ma’ruf Amin, diagendakan bertolak ke Ponpes Amanatul Ummah dan Institute K.H Abdul Chalim di Mojokerto, Jumat (3/6).
Setibanya di Mojokerto, rombongan Wapres RI langsung menuju kediaman pengasuh Ponpes Amanatul Ummah, K.H Asep Syaifuddin Chalim di Desa Kembangbelor, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.
Selanjutnya, Wapres Ma’ruf Amin menuju ke Institute K.H Abdul Chalim untuk mengikuti sarasehan bersama Pimpinan Pusat dan Wilayah Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu).
Sebelum mengikuti sarasehan, Wapres Ma’ruf Amin didampingi Gubernur Jatim, Bupati dan Wakil Bupati Mojokerto menyaksikan penyerahan bantuan bagi santripreneur oleh Baznas.
Dalam sambutan arahannya, Wapres Ma’ruf Amin menyampaikan, bahwa masa depan bangsa ini ada di tangan para guru.
“Kedudukan Pergunu ini begitu strategis dan sangat krusial, karena memang masa depan bangsa ini ada di tangan para guru. Para guru akan menentukan generasi seperti apa yang akan datang,” ungkapnya.
Wapres Ma’ruf menekankan, jika ke depannya bangsa ini tidak menjadi generasi yang baik, artinya ada kegagalan dalam pendidikan. Lanjut Ma’ruf, hal itulah yang menjadi tantangan para guru.
“Makanya Nabi Muhammad SAW mengatakan ‘Tuhanku mendidik aku dengan sebaik-baik pendidikan’. Beliau dengan para sahabat yang berhasil merubah masyarakat Arab Jahiliyyah waktu itu, menjadi khaira ummah, ummat terbaik,” ujar Wapres RI.
Lanjut Wapres RI, perubahan itu terjadi dalam waktu yang singkat. Hanya dalam waktu 23 tahun. “Jadi reformasi cepat sekali. Ini saya kira menjadi tugas bagaimana Rosulullah melakukan perubahan yang fundamental, itu melalui yang disebut dengan tarbiyah imaniyah. Pendidikan keimanan,” tuturnya.
Bercerita tentang Nahdlatul Ulama, lanjut Ma’ruf Amin, Nahdlatul Ulama juga termasuk persatuan para guru. Mengingat waktu itu para ulama besar menyadari ketidakmungkinan melakukan perubahan dan perbaikan secara sendiri-sendiri.
“Suatu kesadaran dari ulama waktu itu, meskipun para ulama waktu itu memiliki ilmu-ilmu yang luas, tapi merasa bahwa untuk melakukan perubahan-perubahan dan perbaikan itu tidak mungkin dilakukan sendiri-sendiri. Oleh karena itu dilakukan secara bersama, berkolaborasi, berintegrasi, secara jamaah, sehingga NU itu merupakan harakatul ulama fiislahil ummah. Gerakan ulama dalam memperbaiki ummat. Karena memang tugas ulama itu melanjutkan tugas para nabi,” jelasnya.
Terkait kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat saat ini, Wapres Ma’ruf Amin menyampaikan, kemajuan zaman ini perlu dimanfaatkan dengan baik dan benar. Terutama dalam hal menyampaikan pendidikan.
“Di satu sisi ini (teknologi informasi) memang menjadi sesuatu yang harus tidak boleh kita tidak memanfaatkannya. Karena semua dilayani lewat sistem informasi teknologi digitalisasi, semua digital. Oleh karena itu santri-santri harus ngerti semua soal digital. Kalau tidak, ketinggalan zaman,” tandasnya.
Perkembangan teknologi informasi ini, lanjut Ma’ruf Amin, juga memiliki sisi negatif. Dimana bahaya perkembangan teknologi informasi yang cepat ini adalah banyak munculnya disinformasi.
“Banyak muncul informasi yang tidak benar. Munculnya hoax, munculnya fitnah, sekarang ini banyak muncul berita-berita bohong. Sehingga ini yang harus kita cegah jangan sampai digunakan untuk membuat, merubah, dan mempengaruhi pikiran masyarakat dalam rangka penyesatan,” pungkasnya. (gk/mjf/kominfo)